Para Menteri Kebudayaan Asia-Eropa Bertemu di Yogyakarta

Yogyakarta - Sejumlah delegasi dari 35 negara Asia dan Eropa, ditambah wakil dari ASEF, Uni Eropa, dan Unesco, melakukan pertemuan di Yogyakarta, 16-20 September 2012. Pertemuan kelima menteri-menteri kebudayaan se-Asia dan Eropa, bertemakan "Managing Heritage Cities for a Sustainable Future", berlangsung di hotel Hyatt Regency Yogyakarta.

Pemilihan Yogyakarta sebagai ajang pertemuan, menurut Wamendikbud RI bidang Kebudayaan, Prof Dr Wiendu Nuryanti, sangat tepat karena Yogyakarta merupakan kota yang memiliki banyak sejarah dan tempat-tempat peninggalan budaya. Wiendu menyatakan, pertemuan dilatarbelakangi kesadaran para menteri berkaitan dengan tekanan terhadap warisan budaya yang dimiliki kota-kota di Asia dan Eropa.

"Pertemuan diharapkan menghasilkan keputusan dan panduan tingkat dunia sehingga warisan budaya bisa menyejahterakan masyarakat kota setempat," ujar Wiendu kepada wartawan, Senin (17/9/2012).

Secara pribadi, Wiendu mengemukakan, setiap kota adalah kota budaya. Oleh karena itu setiap kota wajib melestarikan roh kebudayaan, melalui pengembangan ekonomi kreatif, memiliki cetak biru perlindungan elemen kebudayaan dan mengandeng para seniman.

"Perlu dipikirkan strategi perlindungan terhadap roh budaya yang dimiliki kota setempat," tandasnya seraya menambahkan, banyak negara maju menggunakan kota tua sebagai gerakan revitalisasi kota budaya.

Kota Bilbao, Spanyol, misalnya, telah memanfaatkan museum seni untuk menyulap kota yang hidup. Sedangkan di Indonesia, pengembangan kota budaya telah dilakukan pemerintah dengan menjalin kerjasama bilateral dengan empat negara, yakni Estonia, India, China dan Bangladesh.

Dengan Estonia, kerjasama pertukaran seniman dalam rangka memperindah kota. Lalu dengan India, kerjasama mewarnai pembangunan kota dengan mengirim beberapa patung dari India. "Dengan China, penting sekali, bagaimana membangun kembali kota budaya pascabencana," imbuhnya.

Menteri kebudayaan Estonia, Rein Lang, mengatakan kendala dalam melestarikan kota budaya adalah persoalan urbanisasi dan industrialiasi. "Sehingga banyak kebudayaan lama tergeser. Untung ada basis kuat kesenian dalam cagar budaya fisik yang masih dijaga," ujarnya.

Pertemuan para delegasi menteri kebudayaan ini akan diisi dengan serangkaian lokakarya yang membahas soal penguatan kelembagaan pemerintah, antisipasi tantangan dan bencana terhadap wilayah-wilayah bersejarah, kota bersejarah sebagai pendorong ekonomi kreatif, serta kesepakatan antarkebudayaan guna mempromosikan kota bersejarah.

-

Arsip Blog

Recent Posts