London, Inggris - Direktur Museum für Völkerkunde yang juga merupakan salah satu ahli Indonesia di Kota Hamburg, Jerman, Prof. Dr. Wulf Koepke mengaku mendapat kehormatan dengan digelarnya Festival Gamelan se Jerman di Museum für Völkerkunde.
"Saya merasa terhormat Museum für Völkerkunde yang saya kelola dijadikan tempat Festival Gamelan se-Jerman," ujarnya pada pembukaan Festival Gamelan yang diisi dengan parade budaya Indonesia berupa penampilan lagu nusantara, Tari Belibis, Tari Lenggang Nyai, dan Tari Topeng, akhir pekan.
Festival ini merupakan kerja sama tiga perwakilan RI di Jerman yaitu KBRI Berlin, KJRI Frankfurt dan KJRI Hamburg yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan, ujar Sekretaris III-Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Berlin Purno Widodo kepada ANTARA London, Selasa.
Festival Gamelan yang berlangsung selama dua hari diikuti sembilan kelompok gamelan dari berbagai kota di Jerman yaitu Berlin, Koln, Bremen, Leverkusen, Siegen dan Hamburg yang menampilkan Gamelan Jawa dan Bali.
Pembukaan festival diisi dengan berbagai tarian, musik dan juga lagu dari berbagai belahan nusantara yang ditampilkan secara khusus oleh Sanggar Gema Citra Nusantara, Jakarta yang didampingi pembinanya Ny Triesna Jero Wacik, Prof. Koepke menyatakannya dengan tiga kata; "impressive, diverse, and lively".
Selain itu, ditampilkannya Tari Rapai Kipah asal Aceh yang dibawakan 15 penari dengan membawa rebana dengan gerakan yang sangat dinamis, padu, rancak dengan diiringi musik tradisional Aceh ditingkahi penyanyi yang kerap disebut Syeh menambah keterpukauan penonton yang menyaksikannya.
Lebih jauh Dr. Wulf Koepke mengatakan digelarnya festival di museum yang dikelolanya merupakan subsidi dari Pemerintah Indonesia kepada Kota Hamburg yang tengah mengalami pemotongan anggaran terutama dalam bidang budaya.
Sudah saatnya masyarakat Hamburg, dan masyarakat Jerman menyadari keberadaan dan pentingnya Indonesia yang menurutnya dianggap sebagai sleeping giant atau raksasa yang selama ini tengah tidur, ujarnya.
Dikatakannya untuk mulai dapat disejajarkan dengan raksasa Asia lainnya yaitu China dan India baik dalam segi ekonomi, sosial dan juga budayanya.
Acara ini digelar dalam rangka merayakan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jerman dan HUT RI ke 67 merupakan ajang pemanasan untuk penyelenggaraan festival serupa dengan spektrum yang lebih luas yaitu festival gamelan se Eropa yang rencananya akan digelar tahun depan.
Mewakili Dubes RI, Konjen KJRI Hamburg Marina Estella Anwar Bey dalam sambutan pembukaannya menyatakan selama 60 tahun hubungan diplomatik kedua Negara berlangsung, telah tercipta banyak kerja sama di berbagai bidang, termasuk kebudayaan.
"Jakarta Declaration" yang ditandatangani pemimpin kedua Negara saat Kanselir Merkel ke Indonesia Juli lalu adalah untuk meningkatkan berbagai kerja sama termasuk kerjasama kebudayaan yang pernah ditandatangani pada tahun 1980an, demikian tutur Konjen RI.
Lebih lanjut Konjen mengatakan bahwa festival gamelan tidak saja memperkenalkan musik tradisional Indonesia kepada masyarakat Jerman, tetapi juga melestarikannya mengingat para pemainnya sebagian besar terdiri dari masyarakat Jerman. "Ini merupakan pelaksanaan dari Kulturabkoment tersebut," ujarnya.
Animo dari masyarakat Jerman menyaksikan festival gamelan cukup tinggi terbukti penuhnya Museum Völkerkunde dengan pengunjung yang terdiri dari kalangan diplomatik, bisnis, akademisi, komunitas seni maupun masyarakat umum pencinta Indonesia yang berasal dari kota Hamburg dan dan peserta festival.
Selain itu, dapat disaksikan pula upaya ¿mengawinkan¿ budaya tradisional Indonesia dan Jerman, dengan memasukan alat musik Eropa, seperti Celo dan Biola ke dalam komposisi musik Gamelan yang mencampurkan nada pentatonis dan diatonis.
Penyelenggaraan kegiatan festival ini juga merupakan rangkaian Indonesian Week 2012 yang berlangsung dari tanggal 1 - 9 September yang terdiri dari berbagai kegiatan diantaranya pertunjukan wayang kulit untuk anak-anak, festival Kuningan dan pemutaran film Indonesia.
Acara ini bekerjasama dengan pihak museum Völkerkunde yang merupakan museum dengan koleksi Indonesia terlengkap di Jerman. Sebelumnya berbagai kegiatan promosi budaya Indonesia seperti Pameran Batik, Workshop dan Fashion Show Batik serta penampilan musik kontemporer Indonesia juga dilakukan di museum yang sama.
Sumber: http://oase.kompas.com