Jakarta - Duta Besar untuk Indonesia dan Kepala Sekolah dari negara lainnya menghadiri penutupan Konser Karawitan Muda Indonesia (KMI) ke-8, Rabu (29/10) malam, di Gedung Kesenian Indonesia.
"Pada penutupan konser musik tradisi ini, akan dihadiri 167 orang udangan terdiri duta besar, kepala sekolah di empat negara, kepala sekolah tingkat SMP, SMA dan sederajat se-DKI Jakarta," kata Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Arief Rahman di Jakarta, Rabu (29/10) malam.
Ia menjelaskan, duta besar yang hadir menyaksikan musik tradisi ini, di antaranya Wakil Ambassador Of Bosnia dan Herzegovina, Ambasador for Cultural of Peru, Attache for Cultural of Bosnia, Philipina, Amerika Serikat dan negara lainnya. Selanjutnya, kepala sekolah Netherland, El Shaddai, Pakiskan dan lainnya.
"Kegiatan konser di hari pertama berjalan dengan baik dan kunjungan masyarakat cukup tinggi untuk menyaksikan kesenian musik tradisi yang memiliki ciri khas unik di masing-masing wilayah asal musik tersebut," ujarnya.
Pada penutupan konser musik tradisi ini, kata dia, pihaknya akan menghadirkan delapan grup musik karawitan yaitu Raja Dogar dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Garut, Rebana Biang dari SMKN 57 Jakarta, Jegong Bali dari Jes Gamelan Fusion Bali, Gending Rampak Topeng dari Pusat Pengembangan Kesenian Cirebon.
Selanjutnya Sasano Gong dari Jakson Sasando NTT, Sike Rebana dari Sanggar Melati Kerinci Bengkulu, Taganing dari SMKN 11 Medan, Sumatera Utara dan Rampak Bedung Banten dari SMA 02 Pandeglang, Banten.
"Mudah-mudahan dengan kegiatan konser karawitan ini akan memberikan hiburan yang menarik bagi tamu undangan khususnya tamu undangan asing," ujarnya.
Menurut dia, pada 1950-an kata karawitan ini merupakan musik tradisi yang memiliki alunan nada yang unik, khas, sehingga berbeda dengan musik-musik moderen.
Kata karawitan ditetapkan oleh budayawan-budayan di Indonesia dipresentasi untuk musik-musik di Indonesia.
"Terus terang saja, saya sangat bersyukur pementasan konser musik karawitan ini dimulai bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda (28/10) dan ini bisa dijadikan momentum untuk pemersatu pemuda-pemudi untuk lebih mencintai seni budaya tradisional ini," ujarnya.
Sumber: http://www.beritasatu.com