SRAGEN, SUMUTPOS.CO – Gunung Kemukus di Sragen, Jawa Tengah mungkin tak asing didengar bagi sebagian orang. Tempat itu dikenal sebagai tempat pemujaan mencari kekayaan. Satu hal yang membuat pemujaan Gunung Kemukus terkenal yakni ritual seks berzinah bukan dengan pasangan di tempat itu, sebagai syarat mendapat kekayaan.
Konon kabarnya, bila ingin mendapatkan kekayaan mesti berzinah selama 7 kali, kemudian setelah itu ada ritual-ritual lainnya. Ritual seks itu biasa dilakukan pada Jumat pon.
Tak diketahui sejak kapan Gunung Kemukus berubah jadi wisata ritual seks. Tapi pastinya, soal Gunung Kemukus ini bahkan sampai dibahas media asing dailymail.co.uk dengan disebut sebagai gunung seks.
Menurut laporan wartawan Dateline, Patrick Abboud yang dilansir di dailymail.co.uk menyebutkan, wisata Gunung Kemukus di Sragen, Jawa Tengah sebagai Gunung Seks.
Menurutnya, di sana bisa melakukan hubungan seks dengan orang asing sebagai bagian dari ritual keagamaan. “Setiap 35 hari Anda harus melakukan hubungan seks tujuh kali berturut-turut untuk ritual agar membawa keberuntungan,” tulisnya.
Setelah melakukan ritual seks, mereka disembur dan memberikan persembahan bunga di makam dan berdoa selama berjam-jam.
Warga yang datang ke sana, rata-rata pria yang sudah menikah, ibu rumah tangga, pejabat pemerintah, dan pelacur . Mereka yang datang ke sana menggunakan perahu atau sepeda motor.
Dia mengungkapkan, di sana lebih banyak pria daripada wanita dan sudah menjadi wilayah utama untuk pekerja seks komersial . “Satu hal adalah masalah penyakit menular seksual, ada klinik kesehatan didirikan di gunung. Saya berbicara dengan dokter dan dia mengatakan sebagian besar pekerja seks memiliki penyakit seksual dan pria tidak menggunakan kondom, sehingga rawan terkena HIV/AIDS,” ungkapnya.
Mar, seorang janda yang dua tahun melayani ritual seks itu mengaku, semenjak ada ritual itu dia bisa mendapatkan banyak uang. “Kehidupan saya menjadi lebih baik dan mendapatkan banyak uang, ” kata Mar, yang baru saja menyelesaikan misinya berhubungan seks tujuh kali ketika ditemui.
Sementara, seorang peziarah pria mengatakan datang ke sana untuk melakukan ritual seks. Sayangnya, dia enggan berbicara lebih banyak karena takut ketahuan istrinya kalau dilansir media.
Lantas seperti apa cerita orang yang sudah pernah ke sana? Selain dalam rangka pekerjaan, Adi datang ke Gunung Kemukus karena penasaran. Ia melihat langsung kondisi kawasan prostitusi berbalut ritual tersebut.
“Ya sempat ketemu mbak-mbaknya (PSK). Sudah tua-tua. Di atas 40 tahun,” kata Adi, saat berbincang dengan wartawan.
Adi yang berusia sekitar 40-an tahun ini menjelaskan, para PSK itu tetap laku hanya karena ada mitos tentang ritual seks. Sebagian orang yang datang ke Gunung Kemukus memang orang yang mempercayai zina dengan perempuan di kawasan tersebut merupakan jalan mendapatkan kekayaaan.
“Kalau benar-benar mau jajan, nggak mungkinlah mereka ke situ. Orang (PSK) dah tua-tua gitu,” kata Adi.
Para PSK dilindungi germo. Mereka melakukan service di gubuk-gubuk non permanen. Jumlah mereka tak sampai 30 orang. Berapa tarif mereka?
“Puluhan ribu. 50-an (Rp 50 ribu),” ungkap Adi.
Winarto (36), warga Sragen, menceritakan sehari-hari kawasan Gunung Kemukus tak terlalu ramai. Di musim penghujan, jembatan menuju kawasan tersebut tergenang air. Jadi butuh perahu untuk sampai ke sana.
“Ramainya ya pas Jumat Pon. Yang datang ya yang percaya ritual itu (seks untuk pesugihan),” kata Winarto.
Winarto yang tinggal pada jarak 3-4 km dari Gunung Kemukus ini mengaku sering bertemu dengan orang yang hendak ke Kemukus. Sebagian di antaranya benar-benar mau berziarah, sisanya tak jelas. “Mungkin yang tak jelas itu yang mau ritual,” tutupnya.
Kemukus yang berada di utara kota Solo ini memang bukan sekadar gunung dan prostitusi, melainkan tempat ziarah. Di kawasan ini ada makam Pangeran Samudro, tokoh agama Islam keturunan Majapahit. Pada momen-momen tertentu, makam dikunjungi banyak orang.
Lalu siapa Pangeran Samudro yang makamnya ada di Gunung Kemukus itu? Mengutip dari salah satu blog warisdjati.blogspot.com yang mengupas secara rinci soal Gunung Kemukus, banyak yang salah kaprah soal gunung itu.
Mereka yang melakukan ritual seks di Gunung Kemukus jelas-jelas salah. Karena sejatinya, Pangeran Samudro ini penyebar Islam dan keturunan Majapahit. Tapi entah mengapa ada orang-orang yang menyesatkan tempat itu menjadi tempat pemujaan.
Pangeran Samudro diutus penguasa Demak untuk menyatukan keturunan Majapahit yang tercerai berai. Dia juga setelah mendapat bimbingan agama dari Sunan Kalijaga kemudian menyebarkan Islam.
Tapi sayangnya di tengah perjalanan, Pangeran Samudro sakit dan meninggal dunia. Kemudian dimakamkan di Gunung Kemukus. Tak lama, ibundanya yang mendengar dia sakit menyusul dari Demak, hingga kemudian dimakamkan juga di sana.
PENUMPANG GELAP WISATA ZIARAH
Entah bagaimana ada mitos menyesatkan soal hubungan terlarang antara ibu dan anak itu. Yang berujung pada keyakinan sesat mereka yang melakukan ritual seks bebas di Kemukus akan mendapatkan kekayaan.
“Gunung Kemukus itu dalam arti sebagai kegiatan wisata kultural sudah berabad,” jelas Bupati Sragen, Agus Fatchurrachman, Selasa (25/11).
“Itu kegiatan wisata ziarah sebenarnya. Tapi kemudian ada penumpang gelap kegiatan hubungan intim, yang sekarang mengarah ke prostitusi terselubung di hari-hari tertentu yang disakralkan itu,” tambah dia.
Memang di hari-hari khusus seperti Jumat pon, ribuan orang berbondong-bondong. Ada yang berziarah, ada juga yang kemudian melakukan praktik sesat seks bebas. Tak heran di kawasan itu terhampar warung remang-remang.
Agus menegaskan, pihaknya akan melakukan penertiban. “Karena Gunung Kemukus memang bukan lokalisasi. Kegiatan itu memang ada, tapi hanya menumpang dalam ritual utamanya, yaitu ziarah,” tutur dia.
“Pengukuhan mitos tentang ritus persetubuhan itu dipupuk oleh banyak kepentingan di dalamnya. Itu yang harus dibongkar,” tambahnya lagi.
Upaya memberangus ritual seks di Gunung Kemukus akan dilakukan Bupati Sragen Agus Faturrachman. Langkah awal dia akan memberi pencerahan ke masyarakat soal mitos ritual sesat seks bebas Gunung Kemukus.
“Kami akan lakukan sosialisasi sesegera mungkin. Selain itu kami juga akan melakukan pencerahan mitos bahwa yang dilakukan peziarah itu salah,” kata Agus.
Menurut Agus, pihaknya juga akan membuat surat edaran kepada warung-warung di sekitar Gunung Kemukus untuk tidak menampung pelaku ritual sesat tersebut.
“Kita juga akan menata warungnya menjadi terbuka. Yakinlah, bahwa para pelakunya itu justru datang dari luar, jauh dari luar kota, nggak ada yang orang Sragen,” urai dia.
Agus mengaku akan menata Gunung Kemukus sehingga menjadi memberi daya tarik bagi wisatawan, bukan karena ritual seks.
“Karenanya akan kita tata. Mungkin setelah itu Gunung Kemukus akan kelihatan daya tariknya, karena hanya akan menjadi lokasi wisata ziarah saja,” tegas dia.
“Gunung Kemukus akan menjadi mengemuka dan disoroti karena unik, di situ ada ritus wisata eksotis yang mungkin saja itu berlaangsung sejak berabad-abad karena ada pelencengan nilai atau ada sinkretisme dengan yang lain. Tapi tujuannya tetap wisata ziarah. Ada orang suci yang dimakamkan di sana, lalu kemudian tradisinya ada penumpang gelapnya itu,” tutup dia.
ALIRAN SESAT
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengaku sudah mendengar cerita tentang Gunung Kemukus. Ia berencana menertibkan kawasan tersebut. “Ziarah silakan, ritual seks bebas jangan,” tegas Ganjar.
Ganjar Pranowo mengaku mereka yang melakukan ritual seks itu adalah aliran sesat. Perlu dibedakan antara peziarah ke makam Pangeran Samudro dan para pelaku aliran sesat ritual seks.
“Apakah ritual seks bebas diizinkan? Ziarah silakan, ritual seks bebas jangan,” tegas Ganjar.
Ganjar mewanti-wanti, yang dia tertibkan adalah prostitusi bukan para peziarah ke kawasan itu.
Ganjar Pranowo mengatakan pihaknya ingin membersihkan ritual seks yang dinilai telah membelokkan tujuan utama wisata Gunung Kemukus yaitu wisata Religi.
Meski Ganjar ingin menutup praktik ritual seks di Gunung Kemukus, wewenang ternyata tetap berada pada pemerintah setempat yaitu Bupati Sragen. Kini pihaknya masih melakukan koordinasi menanggapi hal itu.
“Saya lagi minta koordinasi dengan sana karena kita sudah analisis, sudah berlangsung lama, kemudian menjadi wisata,” kata Ganjar.
Menurut Ganjar, seharusnya wisata di Gunung Kemukus merupakan wisata Religi, namun terjadi penyimpangan bahkan menjadi prostitusi terselubung. Oleh sebab itu pihaknya ingin melibatkan tokoh masyarakat dan agama untuk menyingkirkan penyimpangan wisata di Gunung Kemukus.
“Sebenarnya Religi, ada PAD-nya. Saya intinya sampaikan saja, ziarah silahkan tapi ritual seks jangan. Sudahlah, kalau ritul seks jangan maka yang menyimpang itu saja yang dibersihkan, saya ingin ajak seluruh tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk bisa terlibat,” terangnya.
Ganjar juga menerangkan ritual seks yang terjadi di Gunung Kemukus termasuk pembelokan kultur dan kurangnya pengetahuan. Maka sangat perlu adanya sosialisasi di wilayah itu.
“Ini pembelokan tidak pas. Mau kaya kok gitu dulu bukan sama pasangan. Mari buat pelatihan biar ngerti persis, sosialisasi di remote area,” kata Ganjar.
Sikap Ganjar ini didukung MUI Pusat. “Seks bebas atas nama apapun tidak dibenarkan secara oral, sosial apalagi agama, sekalipun atas nama ritual,” kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Niam, Selasa (25/11).
Menurut Niam, perlu ada penyadaran masyarakat agar mereka segera sadar. Ritual seks bebas itu tak dibenarkan.
“Dan juga penegakkan hukum untuk melindungi masyarakat dan mencegah praktik menyimpang seperti ini,” urai dia. (net/bbs)