libidonya, sehingga akhirnya citra seni ronggeng menjadi sangat jelek.
Tari ronggeng sebenarnya merupakan bagian dari upacara untuk meminta kesuburan tanah. Upacara ini dilakukan supaya hasil pertanian warga melimpah ruah. Karena terkait dengan kesuburan inilah, gerakan dalam tarian dengan penari laki-laki yang disebut bajidor ini, mirip gerakan orang yang sedang bercinta.
"Dalam penelitian Prof Dr M Anis Mad Nor, tarian ronggeng ini bukan menyangkut masyarakat di Malaysia dan Thailand saja, juga berkembang di Indonesia khususnya Sumatera Utara (Sumut)," kata Ketua Prodi Magister dan Dokter Linguistik USU Prof T Silvana Sinar MA PhD kepada MedanBisnis usai Seminar Ronggeng di Barat Daya Muang Thai, Jumat (23/1) di gedung Pusat Bahasa USU.
Penelitian ronggeng yang dilakukan Prof Dr M Anis Mad Nor bersama Dr Lawrinci dan Dr Premalatha Thiagarajan RAS sudah berlangsung lama. Namun, penelitian ronggeng di Thailand ini dilakukan sejak lima tahun terakhir.
"Ada empat garak yang sama, walaupun berbeda seperti, gerak kaki, gerak igal (gerak badan), liuk (menggerakkan anggota tubuh) dan ada lari itu seperti momen kelembutan tangan. Dilihat dari empat gerakan itu, sebenarnya masih ada kesamaan," ungkapnya.
Selain gerakan, lanjut dia, masih ada kesamaan lagu, seperti lagu dua yang ada di Indonesia, Malaysia dan Thailand. Kemudian lagu cek minah sayang. "Dari cacatan saya menyimpulkan ronggeng itu masih ada kesamaan," sebutnya.
Alasan hasil penelitian di seminarkan di USU, kata wanita berkaca mata itu, mereka menganggap USU ada ilmu etnomusikologi yang melakukan penelitian dalam skripsi dan tesis mahasiswa program S1 dan S2, dan mereka menganggap pasti sudah melakukan penelitian. "Ternyata, masih ada di Sumut dan masih tersisa grup-grup ronggeng. Prof Dr M Anis Mad Nor bersama Dr Lawrinci dan Dr Premalatha Thiagarajan RAS di Sumut menelusuri grup ronggeng tersebut. Adakah di sini (Sumut). Jadi mereka perlu tahu untuk dilakukan penelitian," jelasnya.
Wanita berkulit putih itu menyebutkan, Prof Anis sempat menyebutkan sangat kaya Sumut ini dan mempunyai kecirian ronggeng, dan kenapa tidak berminat untuk mengembangkannya lagi. "Ungkapan Prof Anis itu membuat kita supaya tersentuh. Kenapa kalian tidak memperhatikan lagi ronggeng ini. Kenapa dibiarkan aja. Saya setuju juga dengan ungkapan Prof Anis itu. Kenapa kami di perguruan tinggi kurang fokus menggali penelitian. Jadi apa yang disampaikan Prof Anis itu membuat kita berminat meneliti ronggeng," sebutnya.
Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com