Melbourne, Australia - Salah satu fitur utama budaya dunia Melayu adalah merantau. Dua di antara sekian banyak karakteristik orang Melayu adalah kacokan dan high mobility (mobilitas tinggi).
Hal itu diungkapkan Profesor Leonard Andaya dalam speech-nya di ''The Second International Symposium of Malay Musical Arts of Indonesia’s Riau Islands'' yang dilaksanakan di Monash University, Melbourne, Australia, tanggal 14-16 Januari 2015.
Saat itu Prof Andaya membahas tentang the Southern Malay World. Dia adalah penulis buku ''Leaves of the Sama Tree'' yang mengupas seluk-beluk masyarakat Melayu.
Kacokan maknanya adalah percampuran. Di setiap tempat orang Melayu berlabuh dan bermukim, dan hebatnya, budaya Melayu dan budaya setempat akan bercampur, membentuk sebuah inovasi budaya baru yang mungkin sedikit berbeda dari budaya Melayu di tempat yang lain.
Sedangkan high mobility mengisyaratkan bahwa bagi orang Melayu, berpindah-pindah dan merantau itu bukanlah hal yang asing sama sekali. Biarpun ini tidak bisa digeneralkan untuk semua, tapi tradisi ini bisa ditemukan dalam banyak komunitas Melayu.
Ari Palawi, etnomusikolog Unsyiah dan Kismullah, Dosen Universitas Syiah Kuala, mahasiswa program doktoral bidang Sosiolinguistik, Deakin University, yang menyajikan makalah “Lullaby of Urang Pulo” dalam acara itu secara kebetulan mendemonstrasikan persis apa yang disampaikan Prof Andaya. Keduanya menganalisis aspek musik, bahasa, dan isi dari tradisi buey/dodaidi/lullaby berbahasa Anuek Jamee yang ada di Kepulauan Banyak, Aceh Singkil.
Analisis isi dari dua lullaby Urang Pulo ini menunjukkan betapa ''rantau'' merupakan aspek penting dan menjadi salah pesan dan harapan utama seorang ibu untuk anaknya di kala beranjak dewasa.
Lirik seperti/lako pait pati kanduang nak e, ala pagi ka Banda Aceh manjoi/dari Jamu Haloban, dan/kalo la Nak tau di rantau Nak, tau di rantau Nak bak mande malai tompang/ jelas mengindikasikan bahwa orang tua sudah mengantisipasi jauh-jauh hari bahwa merantau merupakan tradisi yang hampir merupakan sebuah keharusan.
Sumber: http://www.goriau.com