Lembah Mulo Ideal Jadi Pusat Geowisata Karst

Yogyakarta— Lembah Mulo yang letaknya di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan kawasan ideal untuk dijadikan Pusat Kegiatan Geowisata Karst.

Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Birowo Adhie MT di Gunungkidul, mengatakan pertimbangannya karena selain unik juga dari sisi aspek keruangan sangat strategis, berada di jalur utama wisata daerah ini dan terletak di Zona Tengah Kawasan Karst Gunungkidul.

Lembah Karst Mulo merupakan salah satu objek amatan Karst yang dinilai unik karena berupa bentukan depresi (lembah) dalam ukuran cukup luas yang mengalami runtuhan pada ratusan tahun lalu.

Meskipun pembentukannya bukan hasil dari proses fluvial murni, namun keberadaannya mencerminkan masih dapat berlangsungnya proses nonkarstifikasi yang terjadi di kawasan tersebut.

"Secara administratif objek geowisata Karst Lembah Mulo yang terletak di wilayah Kecamatan Wonosari itu dapat dicapai dengan mudah karena jaraknya dari kota Wonosari hanya sekitar lima kilometer dengan kondisi jalan yang relatif baik," katanya.

Menurut dia, Lembah Mulo merupakan bagian kawasan Karst di Kabupaten Gunungkidul yang ditetapkan menjadi objek wisata unggulan daerah ini untuk dijual kepada wisatawan nusantara dan mancanegara.

"Konsep jangka pendek Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul adalah mengembangkan pariwisata kawasan Karst yang memiliki potensi besar sebagai objek wisata," katanya.

Ia mengatakan, kawasan Karst di Gunungkidul merupakan salah satu potensi wisata dari Kawasan Karst Gunungsewu yang bentangannya meliputi tiga wilayah kabupaten, yaitu Wonogiri (Jawa Tengah), Pacitan (Jatim) dan Gunungkidul (DIY).

Luas kawasan Karst Kabupaten Gunungkidul sekitar 13.000 kilometer persegi yang memiliki keunikan dan bercirikan fenomena di permukaan (ekokarst) dan bawah permukaan (endokarst).
Fenomena permukaan meliputi bentukan positif seperti perbukitan Karst yang jumlahnya sekitar 40.000 bukit berbentuk kerucut, sedangkan bentukan negatifnya berupa lembah dan telaga Karst.

Menurut dia, untuk fenomena bawah permukaan, goa Karst berhiaskan "staklatit", "stalakmit" dan semua aliran sungai bawah tanah. "Berdasarkan identifikasi, tercatat ada 400 goa bawah tanah dengan aliran sungai yang mengalir menuju laut selatan Jawa," katanya.

Ia menambahkan, upaya mengembangkan kawasan Karst sebagai objek wisata unggulan memang masih banyak kendala, antara lain kurangnya sarana dan prasarana termasuk akses jalan menuju objek wisata tersebut dan lemahnya promosi karena terbatasnya dana.

"Selain itu calon investor masih sulit menentukan putusannya untuk membangun kawasan wisata di Gunungkidul karena terbentur masalah regulasi yang hingga kini belum selesai disusun," katanya. (Ant/OL-06)

Sumber: http://mediaindonesia.com/ (20 Desember 2008)

Related Posts:

-