Kuta, Bali - Daya saing pariwisata Bali cenderung melemah dalam beberapa tahun ini. Jika kondisi itu terus berlanjut, dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang tujuan utama wisata dunia tersebut akan mulai ditinggalkan wisatawan.
Hal itu mengemuka dalam Lokakarya Manajemen Destinasi Pariwisata Bali yang digelar Bali Tourism Friends (BTF) di Kuta, Jumat (30/1). Hadir sebagai pembicara adalah mantan Menteri Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, mantan hakim Mahkamah Konstitusi Dewa Gede Palguna, dan Dekan Fakultas Sastra Universitas Udayana I Wayan Ardika.
Dorodjatun mengatakan, sumbangan sektor pariwisata bagi total produk domestik regional bruto (PDRB) Bali stagnan di kisaran 30-35 persen per tahun pada periode 2004-2007. Meski dipengaruhi faktor dari dalam dan luar negeri, seperti terorisme dan gejolak ekonomi, itu merupakan pertanda melemahnya daya saing pariwisata Bali.
”Jika kita mengamati lebih dalam, pertumbuhan pusat pariwisata di sepanjang garis khatulistiwa di dunia terus bertambah, sementara Bali cenderung stagnan. Padahal, kita tahu, Bali adalah muka dan taruhan bagi Indonesia,” kata Dorodjatun. Ia lalu menyebut sejumlah contoh tujuan wisata yang mulai tak dilirik orang, yaitu Pattaya (Thailand), Acapulco (Meksiko), dan beberapa di Laut Karibia.
”Di sepanjang jalan di Denpasar dan sekitarnya juga bermunculan bangunan berarsitektur non-Bali sehingga mengurangi minat orang berkunjung. Pedagang valuta asing dan sopir taksi pun tetap coba-coba bermain curang,” kata Dorodjatun.
Menurut Dorodjatun, mau tidak mau semua pemangku kepentingan di Bali harus bergerak cepat memperbaiki kondisi itu.
Muncul gagasan agar pengelolaan wisata Bali dapat dilakukan melalui manajemen satu pintu melalui BTF, organisasi yang berisi para pemangku kepentingan dari sektor swasta, pemerintah, dan akademisi.
Salah satu penggagas BTF, Hadi Taryoto, menyatakan, branding dan pengelolaan manajemen kepariwisataan Bali saat ini tidak efektif karena diatur dan dikelola dengan 10 lebih visi manajemen destinasi, yakni di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan sejumlah instansi vertikal. (ben)
Sumber: http://cetak.kompas.com (31 Januari 2009)