Mengobati Rindu dengan Makanan

Batam, Kepulauan Riau- Kekayaan kuliner menjadi salah satu daya tarik wisata Indonesia. Aneka kuliner itu tak semuanya bisa kita nikmati setiap hari karena ada beberapa kuliner yang tak biasa dimasak di rumah, bahkan di kedai atau restoran sekalipun. Kerinduan terhadap kuliner itulah yang dilirik oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan mengundang warga negara Singapura keturunan Indonesia untuk hadir di Kota Batam.

Tidak kurang 220 peserta hadir dalam ajang Festival Kuliner 2008 yang diadakan di Golden View Hotel Sabtu (15/11). Bervariasi masakan dihidangkan untuk menjamu selera mereka. Ada nasi kuning, coto Makassar, rawon, urap, semor tongkol, dan jukok pendheng khas Bawean. Tidak ketinggalan adalah siomay Bandung. Sebagai hidangan penutup tersedia es cendol, dan es palu butung. Uniknya es puter pun dihidangkan.

Acara dibuka dengan persembahan tarian dari beberapa daerah Indonesia. Tari Melayu, Bali dan Jawa ikut meramaikan suasana. Tari Piring mengantar pada dimulainya festival kuliner yang disusul dengan pemotongan tumpeng, tari Bali juga nampak menonjol ditingkahi tari Remo Jawa Timur.

Mohamed Arifin bin Mohamed Salleh organizer acara ini dari Singapura mengaku puas dengan acara yang dihelatnya bersama dengan Depbudpar serta Dinas Pariwisata Pemko Batam ini.

“Menunya enak-enak,” ujar pria keturunan Bawean kepada wartawan. Arifin demikian ia akrab disapa di Singapura aktif di Persatuan Bawean Singapura dan duduk sebagai Naib Setiausaha (sekretaris) I. Ia sangat doyan makan tongkol Bawean.

Menurutnya, bagi orang Singapura masakan tersebut tidak terlalu asing hanya saja sudah tidak banyak yang memasaknya.

Kesan impresif juga terbersit di muka Saniah. Ibu yang datang dengan dua orang anaknya ini aktif mencicipi hidangan yang ada. Sesekali ia bertanya masakan apa yang terhidang. “Apa ini?” tanyanya. Setelah dikasih tahu ia mengangguk tanda mengerti. Ia sendiri masih sering makan masakan khas Jawa maupun Bawean namun tak banyak menu yang bisa dimasaknya.

Menu yang terhidang mampu mengobati rasa rindu kepada kampung halaman meski Arifin sendiri terlahir di Singapura pada tahun 1955.

“Tetapi kita tak bisa mengubah kita ini keturuan apa,” ujarnya. Saat ini di Singapura terdapat 100 ribu lebih orang keturunan Bawean.

Hanya saja generasi muda sudah banyak yang tidak bangga mengaku sebagai keturunan Pulau yang masuk Kabupaten Gresik, Jatim tersebut. ”Mungkin karena mereka merasa telah lebih maju,” imbuhnya.

Pada Juni lalu, Arifin juga telah mengadakan mudik bareng ke Bawean.

”Juni tahun depan juga akan dilakukan,” katanya.

Bagi Arifin selain menu sajian kebudayaan juga sangat menghibur dan menarik.

Depparbud mengadakan acara ini di Batam dengan alasan Batam adalah cross border, perbatasan, dengan negara tetangga semisal Singapura dan Malaysia.

Badan Pusat Statistik Kepri mencatat pertumbuhan positif wisatawan manca negara ke Kepri. Hingga bulan Mei lalu telah masuk 140.033 wisman atau naik 16,91 persen dibanding bulan April 2008 yang tercatat ada 119.778 wisman.

Pemerintah sendiri tahun ini mencanangkan tahun kunjungan wisata Indonesia. Target wisman yang ingin diraih adalah 7 juta wisman dengan devisa 6,7 miliar dolar AS. Sementara pergerakan wistawan nusantara (wisnu) ditargetkan mencapai 223 juta orang. (ptt)

Sumber: http://batampos.co.id (16 November 2008)

Related Posts:

-