Padang, Sumatera Barat - Pesta tradisi budaya Tabuik Pariaman yang puncaknya digelar pada Minggu (11/1) di Pantai Pariaman akan menjadi langkah awal kesuksesan Sumatra Barat dalam menyambut dan menggelar berbagai kegiatan wisata selama 2009.
Tokoh masyarakat Pariaman Syahril Amruddin MS di Padang, Selasa (6/1), mengatakan, pesta tabuik (tabot) adalah kegiatan wisata pertama di Sumatra Barat (Sumbar) 2009, sehingga diharapkan semua pihak dapat mensukseskannya, termasuk masyarakat.
Pesta Tabuik adalah tradisi tahunan masyarakat Pariaman dalam memeriahkan tahun baru Islam dan digelar selama 10 hari dengan puncaknya untuk tahun 2009 pada Minggu.
Selama 10 hari, dua buah tabuik dibuat anak Nagari Pariaman dan selama itu pula pada malam harinya digelar aneka atraksi budaya Minangkabau.
Tabuik berbentuk bangunan bertingkat tiga terbuat dari kayu, rotan, dan bambu dengan tinggi mencapai 10 meter dan berat sekitar 500 kilogram. Bagian bawah Tabuik berbentuk badan seekor kuda besar bersayap lebar dan berkepala wanita cantik berjilbab.
Kuda gemuk itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas. Kuda tersebut merupakan simbol kendaraan Bouraq yang dalam cerita zaman dulu adalah kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat.
Pada bagian tengah Tabuik berbentuk gapura petak yang ukurannya makin ke atas makin besar dengan dibalut kain beludru dan kertas hias aneka warna yang ditempelkan dengan motif ukiran khas Minangkabau.
Di bagian bawah dan atas gapura ditancapkan bungo salapan (delapan bunga) berbentuk payung dengan dasar kertas warna bermotif ukiran atau batik.
Pada bagian puncak Tabuik berbentuk payung besar dibalut kain beludru dan kertas hias yang juga bermotif ukiran. Di atas payung ditancapkan patung burung merpati putih.
Di kaki Tabuik terdapat empat kayu balok bersilang dengan panjang masing-masing balok sekitar 10 meter. Balok-balok itu digunakan untuk menggotong dan menghoyak Tabuik yang dilakukan sekitar 50 orang dewasa.
Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang. Tabuik dibuat di rumah Tabuik secara bersama-sama dengan melibatkan para ahli budaya dengan biaya mencapai puluhan juta rupiah untuk satu Tabuik.
Setelah Tabuik siap, pada hari puncak digotong dan diarak di jalan-jalan utama dengan diiringi dentuman alat musik tambur dan atraksi musik gandang tasa yang disaksikan hingga ratusan ribu massa yang memadati tepi jalan di Kota Pariaman.
Dua tabuik kemudian bertemu di Pantai Gandoriah Pariaman, lalu kembali dihoyak disaksikan ratusan ribu massa. Menjelang matahari terbenan, dua tabuik dibuang ke laut.
Menurut Syahril Aminuddin, pesta tabik telah menjadi kebanggan warga Pariaman dan masuk dalam kalender wisata tahunan Sumbar yang mampu menarik kunjungan ratusan ribu wisataan, baik domestik mapun mancanegara setiap tahun.
Kehadiran ratusan ribu pengunjung memberikan keuntungan ekonomi bagi Pariaman dan masyarakatnya, untuk itu sangat diharapkan peran serta masyarakat kota untuk ikut mensukseskannya dan pemerintah daerah.
Jika pesta Tabuik yang merupakan pembuka iven wisata Sumbar 2009 sukses, ujarnya, akan memberikan dampak yang baik bagi kegiatan-kegiatan wisata lainnya yang akan dilaksanakan di provinsi ini selama tahun ini. (Ant/OL-01)
Sumber: http://www.mediaindonesia.com/ (7 Januari 2009)