Jakarta - Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara mengharapkan dukungan dari pemerintah pusat untuk Sail Morotai 2012. Hal tersebut disampaikan dalam acara Pre-Even Sail Morotai 2012 di Jakarta, Rabu (29/12/2010).
Sail Morotai 2012 merupakan rangkaian dari kegiatan Sail Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Morotai sebagai tempat perhelatan selanjutnya dari rangkaian tersebut. Sebelumnya, Sail Indonesia diadakan di Banda tahun 2009, Bunaken 2010, serta Belitung dan Wakotobi untuk 2011 mendatang. Ada 7 kementerian yang akan terlibat dalam acara Sail Morotai 2012.
"Pencanangan oleh pemerintah pusat harus diikuti oleh politik penganggaran. Ini yang kita tuntut ke tujuh kementerian. Jangan semua dibebankan ke daerah," jelas Kepala Bappeda Pemkab Pulau Morotai, Muhlis Baay.
Ia menuturkan dari pemerintah provinsi telah menganggarkan Rp 40 miliar, sementara pemerintah tingkat kabupaten sebesar Rp 21,5 miliar.
"Kita belum tahu anggaran 2011 dan 2012 dari pemerintah pusat untuk Sail Morotai itu gimana," terangnya.
Sementara dari pihaknya telah membuat rencana anggaran sebesar Rp 300 miliar. Ia berharap pemerintah pusat bisa memberikan anggaran sebesar Rp 200 miliar untuk menyukseskan acara tersebut.
Keindahan alam bahari Morotai sangat berpotensi tinggi sebagai destinasi wisata bahari. Beberapa wisatawan asing sudah menjadi langganan berkunjung ke tempat ini. "Biasanya dari Jerman, Perancis, Amerika, dan Jepang," kata Muhlis. Ia menambahkan untuk wisatawan domestik malah lebih banyak tapi sebagian besar datang dari wilayah sekitar.
Tak hanya kekuatan di wisata bahari, wisata sejarah pun sangat bisa "dijual". Pulau kecil ini memegang peran penting untuk kejatuhan Jepang di masa Perang Dunia II. Di pulau inilah pasukan Amerika Serikat menyusun strategi militer dibawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur.
Saat pasukan AS hengkang dari pulau ini, beberapa benda militer dibuang ke laut. Benda-benda sejarah ini membuat lautan Morotai menjadi unik. Wisatawan dapat diving sambil napak tilas. Sebuah wisata paduan antara wisata bahari dan sejarah. Selain benda-benda yang kini bersemayam di laut, ada bandara yang sampai saat ini masih digunakan.
Tentara AS membuat bandara tersebut dari besi-besi baja. Bandara ini sebenarnya memiliki tujuh landasan pacu atau runway. Ironisnya, menurut Muhlis, kini hanya satu landasan yang bisa terpakai, sisanya sudah tertutup ilalang.
"Morotai mengalami kemunduran. Padahal dulu punya tujuh landasan, tapi sekarang malah tinggal satu. Panjangnya 3.000 meter sudah setaraf bandara internasional," ujarnya.
Bandara yang tak memenuhi standar untuk menggelar acara besar berskala internasional bukanlah satu-satunya kendala. Morotai sampai saat ini kesulitan listrik dan air bersih. Bahkan di Morotai tidak ada SPBU. Karena itu pihak pemerintah daerah mengharapkan keseriusan pemerintah pusat untuk masalah anggaran.
"Listrik di Morotai pasokannya hanya 1,3 MV. Hanya nyala sampai jam 1 siang lalu mati. Jam 6 sore baru nyala lagi," jelas Muhlis.
Akomodasi juga merupakan kendala lainnya. Di Morotai baru ada penginapan sekelas hotel melati. Ia berharap akan ada pembangunan bungalow atau cottage yang lebih memadai.
Transportasi juga merupakan pertimbangan. Akses penerbangan di Morotai baru ada dua pesawat komersial dengan jadwal hanya tiga kali seminggu. Sementara itu pihaknya di tahun 2011 akan mulai melakukan pembangunan jalan-jalan di Morotai yang menghubungkan titik-titik acara.
Muhlis berharap dengan adanya Sail Morotai 2012 dunia akan semakin mengenal Morotai dan pariwisata pun berkembang. Jika pariwisata sudah dapat berkembang, maka tingkat ekonomi masyarakat lokal akan tumbuh. Selain itu infrastruktur di Morotai akan semakin tersedia. Selama ini Morotai mengandalkan sektor perikanan dan kelautan untuk menunjang ekonomi pulau tersebut.
Sumber: http://travel.kompas.com