Tanjungpinang, Kepulauan Riau- Kebesaran nama Tanjungpinang sebagai kota kaya menyimpan peninggalan sejarah telah terjadi jauh sebelum Provinsi Kepri terwujud. Ketersohoran kota berjulukan Gurindam ini mampu mengundang daya tarik wisatawan untuk menyinggahi.
Peninggalan sejarah Tanjungpinang tidak terlepas masa kejayaan Kerajaan Melayu Johor-Riau zaman dulu. Masa kejayaan pun semakin melaju saat Sultan Abdul Jalil Syah berkuasa. Kebijakan pemerintahan beliau, paling dikenang antara lain membuka Bandar perdagangan yang terletak di Bintan, tepatnya di Sungai Carang, Hulu Sungai Riau (lokasi batu 8 atas arah Tanjunguban, red).
Pembukaan bandar perdagangan ini kemudian menjadikan Kerajaan Melayu Johor-Riau menjadi besar. Kapal-kapal kerajaan lain pun kemudian singgah. Akhirnya, Tanjungpinang saat itu menjadi pintu masuk ke Sungai Bintan. Masa Kejayaan-kerajaan Melayu-Riau ini, kemudian memberikan kontribusi pada pengembangan Kota Tanjungpinang, setelah Indonesia merdeka. Peninggalan sejarah Melayu-Riau dijadikan aset berharga Pemko Tanjungpinang.
Berpijak pengalaman sejarah inilah, akhirnya orang mengenal, Kota Tanjungpinang kaya peninggalan sejarah. Beberapa tahun belakangan, Pemko Tanjungpinang yang dinakhodai Wali Kota Suryatati A Manan menggencarkan promosi peninggalan sejarah ini melalui situs www.visittanjungpinang.com. Situs ini mengemas secara lengkap dan detail peninggalan sejarah yang masih ada, seperti komplek Istana Kantor. Komplek ini juga dikenal dengan sebutan Istana Raja Ali yang dibangun tahun 1844. Pada zamannya, selain sebagai kediaman juga sebagai kantor. Komplek istana ini berukuran 110 meter persegi, dikelilingi oleh tembok. Keagungan gedung ini masih dapat terlihat seperti kamar mandi putri yang unik, teras, gerbang, dan menara.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Tanjungpinang Wan Kamar, kehadiran situs ini bertujuan memudahkan wisatawan untuk mengetahui peningggalan sejarah apa saja yang ada di Tanjungpinang. Selain promosi, kehadiran situs ikut pula memberikan kontribusi langsung upaya mempromosikan peninggalan sejarah yang dimiliki Kota Tanjungpinang.
”Kita patut bersyukur, kehadiran situs ikut memberikan kontribusi peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung. Bahkan, ada wisatawan mancanegara mengaku langsung ke saya, ia tertarik menyinggahi Tanjungpinang karena kaya peninggalan sejarah, yang termuat dalam situs kepariwisataan kota Tanjungpinang,``tuturnya, kemarin.
Peninggalan sejarah lain tak kalah menarik, yang telah di promosikan melalui situs mau pun promosi lainnya, lanjut Wan Kamar juga ada Masjid Raya Sultan Riau, Komplek Makam Daeng Marewah, Gedung Mesiu, Benteng Pertahanan Bukit Kursi, Komplek Makam Raja Jakfar, Kawasan Pecinaan Senggarang, Kota Lama, Komplek makam Engku Putri, Komplek Makam Daeng Celak, dan sebagainya.
Masjid Raya Sultan Riau terletak di Penyengat. Masjid ini dibangun pada 1 Syawal 1245 H atau tahun 1832 M. Dibangun atas inisiatif dari yang dipertuan muda ke-7 Raja Abdurrahman. Masjid ini memiliki panjang 19,8 meter dan lebar 18 meter serta memiliki arsitektur yang khas. Di antaranya 4 buah tiang penyangga, juga terdapat 4 buah menara di setiap sisinya dan 13 buah kubah, sehingga jika di jumlahkan menara dan kubahnya berjumlah 17. Jumlah ini sesuai dengan jumlah rakaat salat sehari semalam bagi umat islam. Keunikan lain dari masjid ini adalah digunakannya putih telur sebagai campuran bahan bangunannya. Di dalam masjid ini terdapat sebuah kitab suci Al-Quran yang ditulis tangan.
Komplek Makam Daeng Marewah, terletak di lokasi Hulu Riau. Daeng Marewah merupakan Yang Dipertuan muda I kerajaan Riau-Lingga-Johor dan Pahang. Pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman, terjadi perebutan tahta oleh pihak raja kecil dari Siak. Pihak Sultan Sulaiman meminta bantuan pihak-pihak bugis. Peperangan itu akhirnya dimenangkan Sultan Sulaiman. Atas balas jasa, maka diberikanlah jabatan Yang dipertuan Muda kepada Pihak Bugis. Di komplek makam Daeng Marewah ini juga terdapat makam Tun Abas. Beliau adalah Bendahara Sri Maharaja Kerajaan Riau-Johor. Dan dari garis keturunnya inilah sultan-sultan Johor berasal.
Gedung Mesiu, terletak di Pulau Penyengat. Gedung ini digunakan sebagai gudang tempat menyimpan obat bedil. seluruh bangunannya merupakan tembok beton berbentuk segi empat dengan atap berbentuk runcing. Benteng Pertahanan Bukit Kursi, terletak di Pulau Penyengat. Dibangun pada masa pemerintahan Raja Haji. Pada masa itu Raja Haji menjadikan Penyengat sebagai basis pertahanan. Benteng ini disebut sebagai benteng yang modern pada zamannya.
Dari atas bukit ini kita dapat melihat pemandangan kota tanjungpinang yang indah. Komplek Makam Raja Jakfar, terletak di Pulau Penyengat. Komplek ini adalah komplek makam yang baik di antara makam lainnya. Dilapisi dinding dengan pilar dan kubah kecil, disamping terdapat kolam tempat berwudhu untuk solat. Raja Jakfar adalah Yang Dipertuan Muda ke-6 Kerajaan Riau-Lingga. Pada masa pemerintahannya beliau menata dan Raja Jakfar memindahkan pusat kedudukan Yang dipertuan muda dari Hulu Riau ke Penyengat.
Peninggalan sejarah lainnya yang ada di Kota Tanjungpinang, adalah Kota Lama yang terletak di Hulu Riau. Kawasan Kota lama merupakan kawasan pertama kalinya dibangun bandar yang ramai yang kemudian dikenal dengan Bandar Riau. Pada masa lalu kawasan ini merupakan bandar perdagangan yang ramai yang bahkan menyaingi bandar Malaka. di kawasan ini masih terdapat reruntuhan istana kota lama.
Komplek makam Engku Putri, terletak Pulau Penyengat. Komplek makam Engku Putri Raja Hamidah, Engku Purti adalah Purti Raja Haji Fisabilillah, beliau merupakan Permasuri Sultan Mahmud. Menurut sumber sejarah, Pulau Penyengat merupakan mas kawin dari Sultan Mahmud. Engku Putri merupakan wanita yang sangat berpengaruh di kerajaan Riau – Lingga. Karena beliau merupakan pemegang Regelia, atau alat – alat kebesaran penobatan sultan. *** (ZEKMA)
Sumber: http://www.visittanjungpinang.com (22 November 2008)