Wisata Budaya Lingga yang `Tersembunyi`

Kepulauan Riau- Museum Mini Linggam di Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Di dalam museum terdapat kerangka satwa yang disebut sebagai Gajah Laut atau Gajah Mina. Satwa langka itu terdampar dan ditemukan 13 Januari 2005 di Pantai Dungun, Kecamatan Lingga Utara.

Lubuk Papan merupakan bekas tempat pemandian keluarga sultan-sultan Kerajaan Lingga- Riau, seperti Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II (1857-1883) dan Sultan Abdul Rahman Muzzaffar Syah (1883-1912).

Pemandian itu berdekatan dengan area bekas Istana Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II, yaitu Istana Damnah, yang terletak di kota Daik, ibu kota Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Pemandian keluarga sultan itu terletak di aliran Sungai Tanda yang mengalir dari daerah resapan air di lereng Gunung Daik.

Sungai cukup dangkal, hanya sampai lutut. Airnya sangat jernih. Bebatuan yang berada di dalam sungai pun dengan mudah terlihat. Lokasi pemandian dan sungai dikelilingi pepohonan dari kawasan hutan yang sangat rindang.

Lubuk Papan, termasuk area bekas Istana Damnah dan replika Istana Damnah, merupakan dua tempat dari banyak kekayaan obyek wisata budaya di Kabupaten Lingga. Namun sayang, masih banyak hambatan dalam mempromosikan wisata budaya di Lingga.

Misalnya, kegiatan promosi yang masih lemah, transportasi yang masih kurang sehingga akses ke Kabupaten Lingga pun terbatas, serta infrastruktur dasar, seperti jalan dan listrik, pun belum sepenuhnya terbangun.

Bupati Lingga Daria mengungkapkan, potensi kekayaan wisata budaya di Lingga memang besar. Namun, ia mengakui, kegiatan promosi masih kurang dan investor yang ingin mengembangkan sektor pariwisata masih kurang. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Lingga berupaya terus mempromosikan potensi wisata budaya itu.

Selain tempat pemandian dan situs-situs sejarah bekas Kerajaan Lingga-Riau, di Daik juga terdapat Museum Mini Linggam. Di dalam museum terdapat banyak peralatan sultan-sultan Kerajaan Lingga-Riau, seperti perhiasan, perlengkapan istana, dan tombak.

Peralatan-peralatan istana itu banyak ditinggalkan saat Sultan Abdul Rahman Muzzaffar Syah memindahkan pusat pemerintahan di kota Daik ke Pulau Penyengat pada tahun 1900. Barang-barang istana yang tidak sempat terbawa banyak tertinggal di Daik.

Di museum itu juga terdapat kerangka satwa langka, yaitu satwa yang disebut sebagai Gajah Laut atau Gajah Mina. Bentuk gajah laut mirip gajah karena terdapat dua gading pada bagian kepala. Satwa dengan panjang 14 meter itu terdampar dan ditemukan di pantai Dungun, Desa Teluk, Kecamatan Lingga Utara, pada 13 Januari 2005.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lingga, Muhammad Ishak, pihaknya pernah meminta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2005 untuk meneliti temuan satwa langka itu. Namun, sampai sekarang pihak LIPI belum melakukan penelitian.

Oleh karena itu, menurut Ishak, secara ilmiah, jenis satwa tersebut belum teridentifikasi. Padahal, identifikasi satwa langka itu sangat penting untuk catatan museum dan juga promosi wisata di Kabupaten Lingga. (FER)

Sumber: http://cetak.kompas.com (13 November 2008)

Related Posts:

-