Palembang, Sumsel - Gambus Melayu merupakan salah satu genre seni musik yang lahir dari perpaduan budaya Timur Tengah dan Melayu. Di Kota Palembang, aliran musik ini bukanlah genre baru, tetapi telah hadir sejak ratusan tahun lalu seiring bertumbuhkembangnya etnis Arab di bumi Sriwijaya.
Namun, perubahan zaman pula yang akhirnya mulai menyingkirkan seni tradisi ini, terutama pascakehadiran genre pop, balada, ataupun genre lokal, seperti organ tunggal. Itu sebabnya, musik gambus dapat dikatakan hampir punah.
Di tengah empasan gelombang musik modern tersebut, Kota Palembang dari masa ke masa selalu melahirkan banyak seniman gambus mulai level lokal, nasional, bahkan internasional. Dari sekian banyak nama, Zen Syahab bisa merepresentasikan musisi seni gambus Melayu yang cukup berkibar di Indonesia.
Dia tergolong satu dari sedikit generasi muda Palembang yang tetap teguh melestarikan seni tradisi ini.
Menurut Syahab (34), Sabtu (1/5), gencarnya penetrasi seni pop, genre lokal organ tunggal, dan musikalisasi modern secara tidak langsung mengakibatkan perkembangan seni tradisional Palembang ini hanya berjalan di tempat. Jika tidak ada yang menyelamatkan, seni ini terancam punah.
Padahal, sejak dulu gambus merupakan salah satu aliran seni musik yang kerap dilantunkan dalam berbagai hajatan warga Palembang, mulai dari kelahiran, khitanan, hingga pernikahan.
”Tahun 1960 sampai 1970, Kota Palembang bahkan memiliki ratusan musisi yang membentuk ratusan kelompok seni musik gambus pula. Kini, kelompok seni gambus Melayu tidak lebih dari 10 grup,” kata pria kelahiran Palembang, 9 April 1976, ini.
Dari sekian banyak aliran, organ tunggal merupakan seni yang berpengaruh kuat bagi anak muda sehingga mereka lupa pentingnya melestarikan tradisi. Syahab lalu berpikir perlu ada aliran gambus baru yang bisa diterima segmen ini. Berkat ketajaman intuisinya, dia berhasil menciptakan aliran gambus organ tunggal, gambus sriwijaya, dan gambus padang pasir.
Gambus organ tunggal merupakan perpaduan gambus dan organ tunggal yang mengedepankan ritme dansa. Gambus sriwijaya memadukan gambus dan musik lokal dengan ritme lembut mengalun. Gambus padang pasir mengedepankan orisinalitas irama Timur Tengah.
Ciptaan itu cukup diterima. Terbukti dari banyaknya tawaran pentas, mulai dari keluarga, perusahaan swasta, hingga pemerintah. Sukses itu tak membuat Syahab puas. Dia masih punya impian menjadi musisi gambus internasional. (ONI)
Sumber: http://cetak.kompas.com
Namun, perubahan zaman pula yang akhirnya mulai menyingkirkan seni tradisi ini, terutama pascakehadiran genre pop, balada, ataupun genre lokal, seperti organ tunggal. Itu sebabnya, musik gambus dapat dikatakan hampir punah.
Di tengah empasan gelombang musik modern tersebut, Kota Palembang dari masa ke masa selalu melahirkan banyak seniman gambus mulai level lokal, nasional, bahkan internasional. Dari sekian banyak nama, Zen Syahab bisa merepresentasikan musisi seni gambus Melayu yang cukup berkibar di Indonesia.
Dia tergolong satu dari sedikit generasi muda Palembang yang tetap teguh melestarikan seni tradisi ini.
Menurut Syahab (34), Sabtu (1/5), gencarnya penetrasi seni pop, genre lokal organ tunggal, dan musikalisasi modern secara tidak langsung mengakibatkan perkembangan seni tradisional Palembang ini hanya berjalan di tempat. Jika tidak ada yang menyelamatkan, seni ini terancam punah.
Padahal, sejak dulu gambus merupakan salah satu aliran seni musik yang kerap dilantunkan dalam berbagai hajatan warga Palembang, mulai dari kelahiran, khitanan, hingga pernikahan.
”Tahun 1960 sampai 1970, Kota Palembang bahkan memiliki ratusan musisi yang membentuk ratusan kelompok seni musik gambus pula. Kini, kelompok seni gambus Melayu tidak lebih dari 10 grup,” kata pria kelahiran Palembang, 9 April 1976, ini.
Dari sekian banyak aliran, organ tunggal merupakan seni yang berpengaruh kuat bagi anak muda sehingga mereka lupa pentingnya melestarikan tradisi. Syahab lalu berpikir perlu ada aliran gambus baru yang bisa diterima segmen ini. Berkat ketajaman intuisinya, dia berhasil menciptakan aliran gambus organ tunggal, gambus sriwijaya, dan gambus padang pasir.
Gambus organ tunggal merupakan perpaduan gambus dan organ tunggal yang mengedepankan ritme dansa. Gambus sriwijaya memadukan gambus dan musik lokal dengan ritme lembut mengalun. Gambus padang pasir mengedepankan orisinalitas irama Timur Tengah.
Ciptaan itu cukup diterima. Terbukti dari banyaknya tawaran pentas, mulai dari keluarga, perusahaan swasta, hingga pemerintah. Sukses itu tak membuat Syahab puas. Dia masih punya impian menjadi musisi gambus internasional. (ONI)
Sumber: http://cetak.kompas.com