Palembang, Sumatera Selatan - Sulaiman merupakan seorang rakyat kecil yang menunjukkan kesetiaan, loyalitas, dan tanggung jawab pada sebuah profesi kerja. Selama lima belas tahun dia bekerja menggantikan ayahnya sebagai juru kunci atau penjaga kompleks Taman Wisata Sejarah Bukit Siguntang.
Dengan honor yang tergolong kecil, yakni di bawah Rp 1 juta per bulan, Sulaiman tetap memegang teguh semangat kerjanya sebagai juru kunci.
”Ayah saya berpesan, seseorang itu akan dihormati oleh orang lain bukan hanya karena harta dan materi duniawi lainnya, tetapi penghormatan itu akan datang jika kita menunjukkan kesetiaan dan keteguhan pada pekerjaannya,” kata pria kelahiran Palembang, 19 Juli 1973, ini ketika ditemui akhir pekan lalu di kompleks makam Panglima Bagus Kuning.
Di tengah keterbatasan finansial tersebut, Sulaiman tetap berprinsip bahwa rezeki bisa datang dari mana-mana, tetapi tentu saja tetap mengedepankan cara-cara yang halal. Menurut dia, tambahan rezeki bisa datang ketika Bukit Siguntang ramai dikunjungi wisatawan.
Menurut dia, wisatawan di Bukit Siguntang ini tidak hanya berasal dari Kota Palembang, tetapi juga dari mancanegara, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Alasannya, banyak warga luar negeri yang akrab dengan sejarah Panglima Bagus Kuning, tokoh agama dan pemimpin pada era Kerajaan Sriwijaya.
”Sebagian wisatawan datang ke Bukit Siguntang hanya untuk mengenal kompleks makam tokoh-tokoh sejarah, tetapi lebih banyak lagi wisatawan yang datang karena suatu keinginan,” kata pria yang memiliki seorang istri dan seorang anak ini.
Kategori wisatawan yang kedua, menurut Sulaiman, biasanya merupakan pendatang dengan karakter religius. Biasanya, dia datang dan berdoa di antara makam-makam tokoh sejarah di Bukit Siguntang. Sulaiman menceritakan pernah ada empat wisatawan yang datang dari tanah Jawa untuk berdoa di Bukit Siguntang.
”Mereka datang dan menginap selama lima hari di sekitar Siguntang. Setelah pulang, mereka memberi saya sejumlah uang sebagai tanda terima kasih. Bagi saya, ini rezeki dari Tuhan sebagai tambahan penghasilan. Dan tidak sedikit pula wisatawan yang datang dengan cara seperti ini,” kata Sulaiman yang saat itu tengah membersihkan kompleks makam.
Setelah sekian lama menjadi juru kunci, Sulaiman dan keluarganya yang juga tinggal di kompleks makam itu mengaku belum pernah berjumpa hal-hal aneh. Semua hal berjalan seperti biasa saja.
Sulaiman berprinsip, jika menjalani suatu hal dengan penuh kebaikan, niscaya tidak akan ada hal-hal negatif yang menimpa diri dan keluarganya. Itulah Sulaiman, seorang juru kunci yang bertekad membaktikan hidup untuk menekuni profesi ini seumur hidup. (ONI)
Sumber: http://cetak.kompas.com (9 Februari 2009)