Padang Cermin, Lampung - Pengelola objek wisata di Padang Cermin menilai Dinas Pariwisata Lampung terkesan menganaktirikan objek wisata yang ada di di kawasan itu. Bahkan, Dinas Pariwisata cenderung hanya mempromosikan sebagian daerah.
Seharusnya, dalam program Visit Lampung Year (VLY) 2009, kegiatan promosi wisata dilakukan menyeluruh terhadap potensi wisata yang ada di Lampung, bukan untuk beberapa daerah saja.
"Sejak jadi objek wisata sampai sekarang belum pernah ada promosi mengundang wisatawan dari Dinas Pariwisata Lampung untuk datang ke Padang Cermin. Padahal, lokasi objek wisata yang ada di Padang Cermin tidak kalah dengan objek wisata lain yang ada, seperti di Lampung Barat atau tempat lainnya," ujar seorang pengelola objek wisata pantai dengan nada kesal.
Akibatnya, karena tidak mendapat pembinaan dengan baik, banyak pengelola terkesan tidak mau bekerja sama dengan pemerintah. Sebab, selain tidak pernah mendapat perhatian, misalnya perbaikan infrastruktur, juga tidak pernah dilibatkan sekalipun dalam setiap ajang.
Dia mencontohkan pada setiap pelaksanaan Festival Krakatau, semua pengelola objek wisata yang ada di Padang Cermin tidak pernah diajak serta. "Sekarang, ada kegiatan tahun kunjungan wisata, juga sama saja. Yang dipromosikan justru daerah lain. Padahal, setahu saya, temanya saja adalah tahun kunjungan wisata ke Lampung. Itu kan berarti seluruh Lampung, bukan hanya beberapa daerah."
Akibatnya, ketiadaan pembinaan dan tidak adanya koordinasi, membuat kebanyakan objek wisata di Padang Cermin berubah menjadi tempat mesum. "Wajar saja kalau objek wisata di sini dijadikan sebagai tempat mesum karena tidak adanya pembinaan. Sementara, kami butuh biaya untuk operasional," tambahnya.
Hal yang sama juga diakui Riko Stefanus dari Yayasan Ekowisata Cikal. Dia mengaku sempat terkejut saat mendengar keterangan dari salah seorang staf Dinas Pariwisata tentang tahun kunjungan wisata. "Seperti di Teluk Kiluan, menurut staf Dinas Pariwisata itu, bahwa wisatawan hanya akan berada di atas kapal saja melihat Teluk Kiluan. Ini kan aneh dan jelas bertentangan dengan konsep wisata alam. Saya bingung, apakah orang-orang Dinas Pariwisata itu mengerti tentang pariwisata," kata Riko.
Konsep wisata alam, lanjut Riko, ialah mengajak wisatawan untuk tidak sekadar berwisata, tetapi mengajak mereka berinteraksi dengan masyarakat dan menggugah kepedulian mereka atas pentingnya keberlangsungan lingkungan. "Bukan cuma berada di atas kapal. Kalau konsepnya seperti itu, saya yakin wisatawannya juga bingung datang ke Teluk Kiluan," terang Riko.
Panggil Pengelola
Sementara itu, Kabag Ekonomi Pemkab Pesawaran, Zainal Abidin, ketika ditemui di sela-sela pembentukan pengurus Forki kabupaten setempat, mengatakan pihaknya menyiapkan berkas pemanggilan kepada para pengelola objek wisata. Terutama, terkait ketiadaan izin operasional objek wisata masing-masing.
"Kami akan memanggil secara bertahap berkas pemanggilannya sudah dirampungkan dan tinggal menunggu instruksi dari bupati saja," kata Zainal.
Zanal menambahkan pihaknya untuk saat ini akan memanggil sebanyak 16 pengelola objek wisata yang ada di Kabupaten Pesawaran, terkait izin operasional mereka. n SWA/D-3
Sumber: http://www.lampungpost.com (14 Januari 2009)