Cirebon, Jabar - Puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Kasepuhan Cirebon didahului tradisi siraman panjang di Bangsal Pungkuran Keputren, kemarin.
Siraman panjang berarti membersihkan piring (panjang) dengan cara dicuci menggunakan air yang mengingatkan keberadaannya sebagai sumber kehidupan. Piring yang dibersihkan berukuran besar dan berjumlah sekitar 40 buah. Selain piring, turut dibersihkan pula dua guci serta botol-botol kaca yang juga bernilai pusaka. Mereka diyakini peninggalan masa Sunan Gunung Jati berusia ratusan tahun.
Siraman panjang merupakan salah satu rangkaian jelang puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang ditandai dengan tradisi panjang jimat. Panjang jimat merupakan pawai alegoris kelahiran manusia laki-laki di malam hari, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW. Pada panjang jimat nantilah piring yang dicuci akan dijadikan tempat nasi jimat. Sedangkan guci akan diisi air serbat yakni air gula yang kemudian akan dibagikan kepada wargi dan masyarakat.
Siraman panjang sendiri dimulai dengan iring-iringan kaum dan abdi dalem yang membawa benda-benda pusaka dari tempatnya tersimpan di gudang pusaka, di bagian belakang Bangsal Keraton Kasepuhan. Semua benda tersebut terbungkus kain putih. Di Bangsal Pungkuran Keputren, semua benda pusaka diletakkan di atas meja.
Di tengah ruangan, terdapat sebuah bak kayu berisi air, sementara keluarga dan kerabat keraton duduk mengelilinginya. Satu per satu benda pusaka dicuci dan diakhiri doa bersama. Begitu seluruh rangkaian prosesi yang sakral itu selesai, pintu belakang keputren dibuka. Bersamaan dengan itu, sebagaimana kebiasaan yang terjadi sebelumnya puluhan warga yang telah menunggu di depan pintu, langsung menyerbu bak air bekas cucian.
Mereka kemudian berusaha mewadahi air tersebut dengan botol, ember, maupun kantong plastik, yang dibawanya. Sebagian dari mereka bahkan menyiramkan langsung air bekas cuci tersebut ke badan, ada pula yang hanya membasuhkannya ke wajah. Selama bertahun-tahun mereka tetap meyakini air tersebut mengandung berkah yang diharapkan ‘bersemayam’ di tubuh masing-masing. “Katanya mengandung berkah, saya berharap rizki tahun ini bertambah,” ungkap seorang warga Kecamatan Plered, Teguh, seraya menyidukkan air ke dalam botol bekas air mineral yang dibawanya.
Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat menerangkan, air dalam prosesi siraman panjang mengandung makna penting, terutama dalam ajaran Islam. Hampir semua makhluk hidup berunsur air.
Sumber: http://www.koran-sindo.com