Magelang, Jawa Tengah- Sekitar 6.710 titik endapan garam di Candi Borobudur sedang ditangani Balai Konservasi Peninggalan Borobudur (BKPB) sebagai upaya pelestarian bangunan peninggalan peradaban dunia ini. "Endapan garam tersebar di semua bagian candi, dan ini mengancam pelapukan batuan candi. Kami terus berusaha menanggulanginya," kata koordinator Kelompok Kerja Kajian dan Pengembangan BKPB Nahar Cahayandaru di Borobudur, Minggu.
Ia mengatakan penanggulangan endapan garam di Candi Borobudur memang belum membuahkan hasil yang sempurna. Pembersihan endapan garam dengan menyemprotkan larutan asam sitrat itu, hasilnya belum seratus persen efektif.
"Hasilnya terus kami monitor, tetapi titik-titik endapan garam tersebut masih saja ada," katanya.Ia menyebutkan kemungkinan terjadinya pelapukan batuan candi juga karena tumbuhnya mikro organisme di permukaan batuan.
Kata dia, setidaknya terdapat tiga jenis mikro organisme yang bisa mengakibatkan pelapukan batuan candi yang dibangun sekitar abad ke-8 pada masa Dinasti Syailendra itu, yakni jamur kerak, lumut dan gangga. Pihaknya secara efektif melakukan penanggulangan mikro organisme tersebut dengan menyemprotkan antilumut setahun sekali. "Pertumbuhan lichen (jamur kerak) kurang dari 0,2 persen per tahun, sedangkan moss (lumut), dan algae (gangga) di atas 0,2 persen," katanya.
Ia mengatakan di beberapa bagian permukaan batuan candi muncul retakan dan lubang-lubang kecil atau alveola. Pihaknya memberikan suntikan perekat yang ternyata hasilnya efektif. Menurut dia, sejak pemugaran Candi Borobudur pada 1983, hingga kini jumlah retakan batuan semakin sedikit.
Pemugaran Candi Borobudur telah dilakukan dua kali, yakni pada 1907 hingga 1911 oleh Pemerintah Hindia Belanda yang dipimpin Van Erp. Pada pemugaran pertama itu dilakukan perbaikan dan pemerataan lantai serta dinding candi. Pemugaran kedua dilakukan pemerintah Indonesia dengan bantuan UNESCO pada 1973 hingga 1983.
Pemugaran kedua tersebut antara lain membuat saluran air melalui celah di bawah lantai batuan. "Air hujan mengalir melalui celah dan keluar lewat saluran air yang dialirkan keluar," katanya. Kepala BKPB Marsis Sutopo mengatakan pelestarian Candi Borobudur tidak sekedar konservasi terhadap bangunan candi, tetapi juga mencakup masalah sosial kemasyarakatan di sekitar candi Buddha terbesar di dunia itu.
Candi ini terletak di antara aliran Sungai Elo dan Progo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sedangkan ancaman sosial terhadap Candi Borobudur, menurut dia disebabkan bertemunya tiga kepentingan yaitu masyarakat, pelestarian dan pemanfaatan candi. Dia mengatakan candi Borobudur sampai sekarang belum memiliki standar operasional pelayanan yang mantap. ant/kp
Sumber: http://www.republika.co.id/ (21 Desember 2008)