Banda Aceh, NAD - Aceh yang terletak di paling ujung Barat Indonesia tidak hanya menyimpan panorama alam indah, baik pemandangan bahari maupun hutan. Akan tetapi juga dikenal dengan tersedianya beragam kuliner tradisional Aceh yang tidak kalah cita rasanya dengan kuliner modern saat ini.
Zaman terus berkembang. Globalisasi masuk dalam sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat di Aceh. Tentunya tidak dapat dihindari adanya pengaruhnya masuk budaya asing dan kearifan lokal di Aceh kian memudar. Tak terkecuali juga berpengaruh terhadap kebiasaan mengonsumsi makanan, terutama paska-Aceh dilanda tsunami 10 tahun lalu.
Akhir-akhir ini selera anak muda sudah beralih untuk mengonsumsi makan siap saji yang instan. Kebanyakan dari makanan siap saji itu merupakan kuliner yang hadir dari kebudayaan asing, sehingga kuliner tradisional Aceh kian dilupakan.
Atas dasar itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh menggelar sebuah even Festival Kuliner Tradisional Aceh untuk memperkenalkan dan mempromosikan kembali makanan tradisional Aceh yang juga memiliki cita rasa yang tidak kalah dengan kuliner siap saji di era modern sekarang.
"Kita selenggarakan festival ini oleh Disbudpar Aceh untuk memperkenalkan kembali kuliner tradisional Aceh yang sudah mulai dilupakan oleh generasi muda," kata Ketua Panitia Festival Kuliner Tradisional Aceh, Windi Lestari, Senin (27/10) di Banda Aceh.
Sedikitnya ada 100 makanan tradisional Aceh yang diikutkan dalam festival sehari yang dilaksanakan Minggu (28/10) di Taman Putroe Phang, Banda Aceh. Di antaranya yang banyak diminati oleh pengunjung adalah masakan khas Aceh yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Kabupaten Aceh Besar yaitu Sie Reuboh (Daging Rebus).
Windi Lestari mengatakan, Sie Reuboh ini sekarang sudah mulai terkikis oleh perkembangan modernisasi. Banyak anak muda-mudi di Aceh sudah mulai melupakan kuliner khas tradisional itu.
Justru anak muda-mudi sekarang sudah terjebak dengan makan siap saji atau makanan mancanegara seperti Japanese Food, Italian Food atau makanan Eropa lainnya yang sesuai dengan lidah orang timur.
Sie Reuboh pada dasarnya sebuah makanan tradisional Aceh yang sangat sederhana. Masakan ini hanya direbus sampai matang dengan dibumbui bawang merah, bawang putih, cabe rawit, cabe merah dan merica.
Lalu setelah digiling dengan penggiling batu giling tradisional sampai halus, semua bumbu itu dimasukkan ke dalam daging rebus tersebut. Selain itu, sembari merebus daging tersebut juga diberikan cuka secukupnya secara bertahap selama waktu direbus.
"Jadi kita berharap dengan adanya festival seperti ini, termasuk memperkenalkan masakan Sie Reuboh yang kian dilupakan, generasi muda nantinya mengetahui masakan tradisional Aceh, kalau tidak generasi kedepan akan melupakannya," tegasnya.
Konon katanya menurut literatur yang ada, Sie Reuboh ketika masa kerajaan dulu merupakan makanan pasukan tentara saat hendak pergi berperang.
Setiap tentara saat berperang, selalu saja dibekali dengan Sie Reuboh. Alasan logis mengapa dibekali dengan Sie Reuboh. Hal ini mengingat Sie Reuboh bisa tahan dalam jangka waktu lama. Sehingga menguntung bagi tentara kerajaan yang berperang.
Selain itu, saat berperang juga membutuhkan energi dan stamina yang kuat. Sie Reuboh dari Sapi dan Kerbau bisa memenuhi asupan gizi dan energi yang dibutuhkan oleh tentara kerajaan kala itu.
"Dulu itu Sie Reuboh dibekali untuk tentara di masa kerjaan, termasuk Sie Reuboh banyak manfaatnya untuk tubuh," ujarnya.
Oleh karena itu, Windi Lestari mengajak seluruh muda-mudi dan komponen lainnya di Aceh agar makanan tradisional Aceh tidak dilupakan. Karena semua itu adalah identitasnya Aceh yang harus diajarkan untuk generasi masa depan agar mereka tidak lupa dengan apa yang dimiliki Aceh.
Sumber: http://www.merdeka.com