Saatnya Lestarikan Seni dan Budaya Etnik Lewat Busana

Jakarta - Pakaian dibuat tidak hanya untuk dipakai saja, tapi juga memiliki nilai tambah sebagai alat untuk melestarikan budaya bangsa. Hal ini terbukti dengan banyaknya desainer yang menyelipkan unsur seni lokal atau nilai-nilai adat lainnya ke dalam busana karya mereka.

Hal ini pulalah yang dilakukan oleh tiga orang desainer muda dari Need3people, Gista, Miranti, dan Nurul. Dalam sebuah acara fashion show yang di Hotel Kartika Chandra, mereka menyiapkan konsep etnik untuk busananya.

"Kami sengaja menyiapkan tema etnik. Nah, kami cuma pengen yang unik saja," kata Miranti saat ditemui CNN Indonesia.

Ada tujuh busana yang mereka tampilkan dalam kesempatan kali ini. Semuanya berkonsep etnik dengan dominan warna cokelat pada setiap busana.

Untuk motif, mereka pun memilih untuk mengangkat seni ukiran Toraja yang mereka aplikasikan. "Motifnya umunya dari kesenian Toraja itu, tapi pengaplikasiannya bukan ukiran, jadi kaya versi lukisnya," ujar Miranti.

"Motif Toraja punya arti yang bagus. Ada yang tentang keluarga dan masyarakat," ujar Miranti.

Nurul menambahkan, mereka juga mengambil motif dari Papua. Untuk beberapa busana pun terinspirasi dari atap rumah di Papua dan rumbai-rumbai koteka.

Sementara itu, untuk bahan mereka menggunakan bahan suede. Selain itu mereka juga menggunakan beberapa bahan kulit dan bulu.

Untuk cutting busana, mereka mengaku terinspirasi dari buku Pattern Magic dari Jepang. Cutting ala Pattern Magic pun mereka kombinasikan dengan motif Toraja dan Papua agar menimbulkan kesan modern dan stylish.

Pengusung Tema Etnik

Belakangan ini fesyen bertema etnik memang tengah digaungkan oleh desainer Indonesia. Tak sedikit desainer yang mengolah kain-kain tradisional dengan sentuhan gaya personalnya. Bagaimana tidak, Indonesia memang kaya dengan aneka kain tradisional yang memikat.

Toby Meadow, konsultan bisnis fesyen dari Centre for Fashion Enterprise, London, beberapa waktu lalu mengatakan tak ada negara lain yang memiliki kekayaan budaya dan kain yang beragam dibanding Indonesia. Semua hal yang dicari wisatawan, termasuk keetnikan khas tanah air dan fesyen tradisional, ada di sini.

Need3people hanyalah satu di antaranya, sebelumnya desainer Didiet Maulana dari Ikat Indonesia, Lenny Agustin, Dian Pelangi, Itang Yunasz, Era Soekamto, Deden Siswanto, Ghea Panggabean, Zainal Songket, Barli Asmara dan lainnya juga mengangkat tema etnik dalam kreasi busana mereka.

Selama ini, desainer Indonesia nampaknya sudah mulai cukup serius untuk mengembangkan kekayaan asli fesyen Indonesia ini. Kreativitas para desainer ini juga terpacu untuk membuat aneka varian busana dari bahan dan material etnik Indonesia. Sebut saja gaun malam, kebaya, blus, busana sehari-hari sampai busana muslim.

Beberapa waktu lalu, Lenny Agustin dan Deden Siswanto mengangkat tema busana Papua. "Saya mengambil nuansa Papua dan diwujudkan dalam unsur motif dan warnanya," kata Lenny Agustin kepada CNN Indonesia beberapa waktu lalu. "Saya ingin mengangkat kekayaan alam Kalimantan, baik dari kainnya sampai kerajinan tangannya," katanya.

Namun tak dimungkiri kalau pemerintah juga harus punya campur tangan yang kuat dalam hal ini. Peran serta pemerintah diperlukan khususnya untuk meningkatkan kesadaran dan keinginan pengrajin lokal, misalnya pengrajin batik, tenun, songket dan perhiasan perak di daerah agar tetap mau berproduksi. Tanpa adanya pengrajin lokal, desainer pun tak bisa mengangkat kekayaan asli Indonesia ini.

"Akan sangat mungkin desainer lokal semakin berkembang asal konsisten dan pemerintah mau mendukung desainer lokal yang kualitasnya semakin baik," ujar Didiet Maulana.

"Indonesia kuat dalam nilai kebudayaan. Fokuslah di pasar lokal, hal ini akan membantu meningkatkan perekonomian Indonesia dalam jangka waktu yang lama," kata Colin McDowell, komentator fesyen ternama Inggris saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

-

Arsip Blog

Recent Posts