Yogyakarta—Upacara tradisional Rebo Pungkasan (Rabu terakhir) yang digelar masyarakat Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret menjadi atraksi wisata andalan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Upacara Rebo pungkasan selalu menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke desa tersebut, sehingga diharapkan jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat," kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul, Bambang Legowo, di Bantul, Jumat.
Dikatakannya, upacara tradisional ini selalu mengundang perhatian seluruh lapisan masyarakat karena waktunya diperhitungkan setiap Rabu terakhir pada bulan Sapar (penanggalan Jawa/Islam), karena itu upacara ini selalu ditunggu oleh masyarakat di daerah ini.
Ia mengatakan, pada tahun ini upacara puncak dengan kegiatan kirab gunungan dan `lemper raksasa` (sejenis makanan tradisional) diperkirakan jatuh pada Selasa malam, 24 Februari 2009 mulai pukul 19.00 WIB hingga larut malam.
"Kirab gunungan dan lemper berukuran raksasa ini rencananya berlangsung dari depan Masjid Al Huda, Wonokromo sampai depan balai desa Wonokromo," katanya.
Menurut dia, upacara Rebo pungkasan yang dimulai saat Bulan Suro dan Sapar sejak bertahun-tahun lalu selalu digelar masyarakat Wonokromo.
"Ceritanya, warga desa saat itu mendapat banyak musibah (pageblug), sehingga agar terhindar dari penyakit dan bahaya, banyak orang memohon pertolongan dari tokoh agama setempat, Kyai Muhamad Fakih alias Kyai Welit," katanya.
Ditambahkannya, warga diberi obat berupa selembar wifiq (tulisan arab di atas kertas). Wifiq tersebut dimasukkan ke dalam air tawar untuk diminum atau digunakan untuk mandi.
"Karena semakin banyak orang yang meminta, wifiq tersebut dimasukkan ke dalam tempuran (pertemuan dua aliran sungai), yaitu sungai Gajah Wong dan Opak yang tepat melintas di Desa Wonokromo pada malam Rabu terakhir bulan Sapar 1837," katanya.
Ia mengatakan, inti dari upacara Rebo pungkasan adalah tolak bala dari segala penyakit dan prosesi upacara tersebut hingga sekarang berkembang menjadi atraksi pariwisata sekaligus melestarikan tradisi leluhur. (Ant/OL-02)
Sumber : http://mediaindonesia.com/ (21 Februari 2009)