Banda Aceh Representasi Peradaban Aceh

Banda Aceh, NAD - Banda Aceh sebagai daerah ibu kota harus menjaga dan merawat situs-situs sejarah dan nilai-nilai budaya sebagai identitas peradaban Aceh.

Hal ini merupakan intisari diskusi terbatas antara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh, Fadhil, S.Sos, bersama Kabid Pemasaran Disbudpar Hasnanda Putra, Direktur Rumoh Manuskrip Aceh Tarmizi A Hamid, dan pegiat film dokumenter Waled di salah satu cafe di Banda Aceh, Sabtu, 17 Januari 2015.

"Banda Aceh tempat asal mula Aceh, jadi kalau mau melihat budaya Aceh Timur, Aceh Selatan, Aceh Barat atau Pidie, misalnya, kita bisa ke Banda Aceh tempat semua budaya itu menyatu," kata Cek Midi panggilan akrab Tarmizi A Hamid.

Menurutnya, sejumlah regulasi dibutuhkan dan perlu mendapat perhatian Pemko Banda Aceh untuk memastikan semua situs-situs cagar budaya sebagai benda, dan nilai-nilai budaya sebagai non-benda, mendapat kepastian hukum dan terjamin keberlangsungannya.

Sementara Waled mengatakan salah satu peradaban budaya yang bernilai tinggi adalah Rumoh Aceh. "Rumoh Aceh sangat unik dan kuat, mampu bertahan dalam gempa dahsyat 2004 silam," katanya.

Menurutnya orang-orang Aceh zaman dulu sudah sangat jenius dan bepikir jangka panjang dengan mendesain sebuah model rumah yang kuat dan indah.

Dalam diskusi ini Kadisbudpar Fadhil menyambut baik saran dan masukan untuk bersama-sama berkontribusi bagi kemajuan kebudayaan dan pariwisata Aceh, khususnya Kota Banda Aceh.

"Bicara Banda Aceh, tentu kita bicara Aceh, karena asal mula Aceh adalah Banda Aceh tempat seluruh identitas seni dan budaya dari 23 kabupaten kota se Aceh menyatu dan menjadi sebuah kebudayaan raya Aceh," katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts