Yogyakarta - Gambar aneka motif warna warni menghias kotak-kotak kain batik, yang dipajang di dinding. Citraaan cacing, bintang laut, kupu-kupu, burung, anjing, manusia, dan tumbuhan memenuhi banyak potongan kain persegi. Ada pula lukisan bermotif abstrak.
Gambar pada kain bahan membatik itu adalah karya siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dari Australia dan Indonesia. Siswa-siswa itu melukis di atas kain menggunakan akrilik sablon setidaknya pada 240 kotak kain. Karya mereka tampil pada pameran berjudul People and Place di Independent Art-Space & Management Yogyakarta, 1-15 Februari 2015.
Pameran itu bagian dari praktek seniman Australia Elly Kent yang sedang menempuh pendidikan doktoral program Visual Art di Australian National University. Elly menggelar pameran untuk melihat karya seni anak Indonesia yang bertemu dengan anak Australia. “Hubungan antar-bangsa muncul dari pertemuan mereka dalam karya seni,” kata dia.
Selain lukisan pada kain batik, terdapat 32 karya lukis pada kanvas yang dibuat anak-anak. Lukisan pada batik itu adalah karya siswa sekolah pendidikan anak usia dini Gajah Wong Yogyakarta, SD Tumbuh Primary School, dan SD Kanisius Sumber di Kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah.
SD Tumbuh menngikutsertakan 60 siswa dan SD Kanisius 30 siswa. Sedangkan, dari Australia adalah siswa dari Turner Primary School dan Mulwaree High School.
Sebagian karya lukis anak-anak dijual dalam pameran itu untuk didonasikan pada SD Kanisius Sumber di lereng Merapi yang sedang merenovasi gedungnya. “Siswa sekolah itu untuk sementara belajar di rumah penduduk di sekitar lereng Merapi,” kata dia.
Elly Kent yang hidup bolak balik Indonesia-Australia menyatakan lewat pameran itu ia ingin melihat bagaimana dua negara itu saling bertemu dan berbagi informasi ihwal seni budaya. Di Australia, anak-anak berimajinasi tentang Indonesia. Beberapa sekolah, kata Elly mengajarkan Bahasa Indonesia. Elly tertarik untuk menyampaikan informasi tentang seni budaya Indonesia. Satu di antaranya adalah batik.
Ia mengumpulkan siswa dari sejumlah sekolah untuk belajar tentang batik. Elly menunjukkan peralatan dan motif batik kepada siswa Australia, yakni canting dan kain batik. Siswa lalu melukis pada kain batik menggunakan cat akrilik sablon. “Mereka bebas melukis dengan tema apa saja. Obyek yang dibuat adalah hal yang ada di sekitar mereka,” kata Elly.
Dia mencontohkan seorang siswa Australia melukis mercusuar kota. Di kota itu terdapat sungai besar, tapi sering kekeringan. Kegiatan yang melibatkan setidaknya 150 anak itu digelar pada 2013 di Australia dan dipamerkan di sekolah-sekolah negeri Kanguru itu. Diskusi tentang batik didokumentasikan dalam film dokumenter berjudul People and Place in Turner and Mulwaree yang diedit oleh Michal Glikson. “Mereka sangat antusias dan ingin mengenal Indonesia lebih dekat,” kata dia.
Sumber: http://www.tempo.co