Batam, Kepulauan Riau - Malam ke-3 Kenduri Seni Melayu (KSM) ke-11, Senin (14/12), masih memberikan tontonan seni yang menghibur dan memukau penonton di Dataran Engku Putri, Batam Centre. Tim kesenian dari beberapa daerah di Indonesia yang tampil antara lain dari Maluku, Lombok Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat hingga Sumatera Barat.
Sumatera Barat (Sumbar) tampil di sesi terakhir dengan menampilkan tarian Pecah Piring. Tarian yang mengambarkan keramahtamahan masyarakat Minangkabau ini cukup memukau penonton.
Ratusan penonton yang hadir di alun-alun Kota Batam tersebut begitu terkagum-kagum dengan aksi pecah piring oleh 10 penari, baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam tari ini sekitar 5 lusin piring dipecahkan selama tarian berlangsung. Selain memecahkan piring yang ada di belah kedua tangan, piring yang diletakkan di lantai juga dipecahkan sambil menari.
Aksi tari yang paling ekstrim penari Minang ini adalah menari dengan melompat-lompat di atas tumpukan kaca yang ada di atas dulang. Karena begitu bersemangat ada seorang penari perempuan yang sampai terjatuh di tumpukan piring pecah. Namun dengan kesigapannya, ia bisa menyambut piringnya yang ikut jatuh dan kembali berdiri meneruskan tarian, melompot di atas piring pecah.
Kontan saja atraksi penari ini menimbulkan decak kagum dan kengerian penonton. Penampilan kesenian Minangkabau ini sangat menghibur. Penonton memberikan aplaus kepada penari.
Tim kesenian lainnya adalah tarian Mandau dari Kalimantan Barat. Tarian ini merupakan tarian yang menunjukkan keahlian dan keterampilan ksatria dalam memainkan atau menggunakan senjata yaitu Mandau, senjata tradisional Dayak.
Namun tarian Mandau yang ditampilkan tadi malam merupakan gabungan dengan tarian Melayu. Tarian ini muncul saat Kalimantan Barat yang suku pertamanya adalah Dayak menerima kedatangan suku lain yaitu suku Melayu. Tarian yang ditampilkan ini mengambarkan persaudaraan yang terjalin antara suku Dayak dengan suku Melayu.
Pembauran terlihat dalam tarian ini. Yang pertama menari adalah penari dengan pakaian dan senjata Dayak.Kemudian diselingi dengan penari berpakaian Melayu, baju kurung dan penutup kepala jilbab.
Tim kesenian dari Sulawesi Selatan menampilkan tarian Pedang Pak Dupa. Tarian ini penyambutan di tanah Selayar ini merupakan upacara penyambutan raja-raja yang balik dari medan perperangan. Tarian asal Bugis Makassar ini sudah ada sejak abad 8 M lalu.
Bahkan uniknya tarian ini berkembang dan masih dipakai hingga saat ini oleh orang-orang Bugis Selayar di Nongsa, Batam. Saat zaman penjajahan, tarian ini ditampilkan saat tiga tokoh bugis di Batam yang dipimpin H Abdullah dan dua orang temannya M Soleh dan MH Kidam di balik dari perperangan melawan penjajah.
Sementara dari Lombak, NTB ditampilkan tarian Perisai yang sering ditampilkan dalam upacara adat setempat. Dalam tarian ini, dua lelaki dengan senjata rotan dan tameng kulit sapi saling menyerang.
Ada juga satu orang wasit yang memimpin pertandingan seni bela diri masyarakat Sasak Lombok ini. Kedua penari saling menyerang dengan memukulkan rotan ke arah lawan. Ada serangkan yang berhasil ditangkis dengan tameng, ada juga serangkan yang langsung mengenai kulit karena pemain tidak dilengkapi baju.
Pada malam ketiga tersebut, selain ratusan penonton, beberapa pejabat Batam juga hadir menyaksikan. Seperti Kadis Pariwisata Batam Guntur Sakti, Asisten Administrasi Umum Maaz Ismail, Kepala Satpol PP Zulhelmi, dan dihadiri Ketua Dewan Kesenian Batam Hasan Aspahani. Malam ini, KSM masih berlangsung dengan menampilkan beragam kesenian daerah di Indonesia. (eri)
Sumber: http://batampos.co.id