Tim Kesenian Paramadina Raih Penghargaan Parlemen Uni Eropa

Jakarta - Tim kesenian "T-Ta" Universitas Paramadina berhasil memperoleh satu-satunya penghargaan (special award) dari Parlemen Uni Eropa setelah menampilkan rangkaian tari Saman yang atraktif.

Tim T-Ta yang seluruhnya mahasiswa itu memukau publik pada acara puncak penutupan rangkaian acara Festival Seni Rakyat International Folk Festival "Warsfolk 2010" di Warsawa, ibu kota Polandia, yang berlangsung sejak 19 hingga 22 Agustus, demikian siaran pers Universitas Paramadina, Rabu.

Festival diikuti delapan negara, yaitu Indonesia, Argentina, Belgia, Rusia, Republik Ceko, Yunani, Albania dan Polandia. Penghargaan tersebut diserahkan pada Minggu (22/8) di Warsawa.

Rombongan kesenian T-Ta kembali ke Jakarta pada Selasa (24/8) malam dan diterima secara resmi oleh Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan Ph.D di kampus I, Jalan Gatot Subroto, Jakarta.

Perjalanan misi budaya ini disponsori oleh Globe Media Group, Grand Indonesia, PT Djarum, Rajawali Corp., Bank OCBC NISP, dan Beringin Life. Selama di Polandia tim itu juga ikut memeriahkan perayaan HUT RI di KBRI, Warsawa.

Sebelum tampil di Warsawa, tim Paramadina telah menyelesaikan rangkaian awal festival internasional World Folk Review "Integration" (Integracje) di Poznan, Polandia, pada 9 -15 Agustus 2010.

Berbeda dari Warsfolk di Warsawa, maka festival di Poznan diikuti peserta dari Indonesia, Bulgaria, Ukraina, Belarusia, Polandia dan Kenya.

Kenya merupakan satu-satunya wakil Afrika, sementara Indonesia satu-satunya dari Asia. Rangkaian konser Integracje diselenggarakan di kota-kota Poznan, Lezno, Wronky, dan Swarzedz.

Penghargaan untuk pertunjukan terbaik diraih oleh tim Kenya yang sebelumnya telah meraih sejumlah penghargaa di berbagai festival internasional.

Tim Paramadina sendiri berhasil meraih "runner up" dalam rangkaian konser di Poznan.

Amatir

Yang unik dari festival tersebut adalah tim T-Ta Paramadina merupakan satu-satunya tim amatir dan terdiri atas mahasiswa yang rata-rata berusia 18-20 tahun, sementara semua peserta lain merupakan tim profesional berusia matang dan berpengalaman di berbagai festival kelas dunia.

"Syukur alhamdulillah rombongan kami berhasil merebut hati dan simpati publik di Polandia," kata dosen Hubungan Internasional yang menjadi kepala misi Paramadina ke Polandia itu, Very Aziz .

"Bahkan kontingen dari berbagai negara peserta lain juga jatuh hati melihat uniknya penampilan mahasiswa kita," kata Very Aziz.

Rupanya, keunikan kostum dan tarian tradisional Indonesia memang menjadi kelebihan yang ditawarkan "T-Ta" Paramadina.

Tim ini berhasil meraup keuntungan dari penjualan cindera mata (souvenir) khas Indonesia yang mereka jual selama perjalanan.

"Syukurlah, berbagai barang kerajinan khas Indonesia habis terjual. Ini contoh yang baik penerapan semangat entrepreneurship yang kami tanamkan di Paramadina," kata Direktur Humas Universitas Paramadina, Syafiq Basri Assegaf .

Menurut Very, dalam persinggahan selama perjalanan itu, tim T-Ta sering mempromosikan budaya Indonesia.

Ketika singgah di kota-kota kecil Polandia, atau ketika pesawat mereka transit di Istanbul (Turki), dan Singapura, misalnya, para mahasiswa itu menyempatkan membawakan tari Saman di depan ratusan pengunjung bandara sebagaimana juga mereka lakukan ketika mengawali tur di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.

"Ini upaya kecil untuk memperkenalkan Indonesia dan sebagian budaya kita ke dunia Internasional," kata Very Aziz lagi. (M016/B010)

-

Arsip Blog

Recent Posts