Tomado, Sulawesi Tengah - Sejumlah warga, termasuk para peserta Festival Danau Lindu (FDL) ke-1 mengeluh selain karena prasana jalan dan listrik belum memadai, mereka juga kesulitan melakukan komunikasi keluar.
"Kalau kami mau komunikasi dengan menggunakan handphone harus pergi ke Sadaunta, desa yang berada pada poros jalan utama Palu-Kulawi dengan menempuh perjalanan dua jam menggunakan sepeda motor," kata Bernad, 35, salah satu peserta FDL dari Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Senin (7/12).
Menurut dia, seharusnya sebelum melaksanakan kegiatan seperti itu, Pemkab Sigi terlebih dahulu membenahi berbagai sarana infrastruktur seperti jalan, listrik dan telekomunikasi.
Hal senada juga disampaikan Karya, warga desa Anca, desa yang bertetangga dengan Tomado yang menjadi sentral lokasi pelaksanaan FDL ke-1. Ia mengatakan, sejak Provinsi Sulteng berdiri hingga kini, Kecamatan Lindu masih terisolasi.
"Bayangkan saja kalau ada warga yang sakit keras untuk berobat di rumah sakit di Palu harus dipikul degan jalan kaki sepanjang 12 kilometer ke desa Sadaunta, dan dari sana baru naik angkutan pedesaan menuju Palu," katanya.
Begitu pula jika hendak menelepon, terpaksa harus pergi ke Sadaunta, Kecamatan Kulawi baru bisa melalukan komunikasi keluar. "Ini kendala utama yang dihadapi masyarakat Lindu," katanya.
Ia berharap pemerintah dalam tahun-tahun mendatang memprioritaskan pembangunan sarana dan prasana fital seperti pembukaan akses jalan memadai, kelistrikan, dan fasilitas telekomunikasi guna melepaskan Kecamatan Lindu dari keterisolasian, dan ketertinggalan dari Kecamatan lainnya di Sulteng.
Masyarakat berharap ketika FDL ke-2 dilaksanakan pada 2010, akses jalan menuju dataran Lindu paling tidak sudah memadai. Begitu halnya dengan listrik dan telekomunikasi sudah ada.
Kalau kondisinya masih seperti sekarang ini, maka besar kemungkinan FDL tidak akan berhasil seperti yang diharapkan Pemprov Sulteng dan Pemkab Sigi.
Apalagi, kata Karya, jika sampai FDL sudah masuk dalam kalender tetap Dinas Periwisata Sulteng seperti FDP (Festival Danau Poso) yang setiap tahun diselenggaran dan selama ini memberikan kontribusi besar bagi pendapatan asli daerah (PAD) dan juga devisa negara.
FDL ke-1 di pusatkan di desa Tomado, Ibu Kota Kecamatan Kulawi diikuti lebih 500 peserta dari 15 Kecamatan di Kabupaten Sigi, berlangsung tiga hari dari 5-7 Desember 2009 dan dibuka langsung oleh Gubernur HB Paliudju dan ditutup oleh bupati pada Senin (7/12) petang. (Ant/Ol-5)
Sumber: http://www.mediaindonesia.com