Kendari, Sultra - Festival Pulau Makassar yang dimeriahkan dengan sejumlah kegiatan budaya dan seni di Kota Bau Bau, Sulawesi Tenggara, sudah masuk dalam kalender pariwisata nasional.
Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Sultra Ibrahim Marsela di Kendari, Jumat (16/7) mengatakan, Festival Pulau Makassar yang biasa disebut Puma, akan digelar 18 sampai 21 Juli itu. Festival akan diresmikan Gubernur Sultra Nur Alam.
"Tradisi yang menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara tersebut merupakan warisan dari leluhur masyarakat Puma yang diselenggarakan setiap tahun dan sudah menjadi kalender Pariwisata Nasional sejak tahun 2008," katanya.
Karena tradisi ritual itu sudah masuk kalender pariwisata nasional maka Pemerintah Kota Baubau sebagai penyelenggara selalu mengemas acara dengan berbagai kegiatan lomba dan atraksi budaya.
Tradisi budaya seperti tari-tarian digelar setiap malam selama kegiatan berlangsung, sedangkan kegiatan lomba dilaksanakan pada siang hari.
"Setiap kali penyelenggaraan festival selalu menyedot banyak pengunjung, termasuk wisatawan mancanegara, karena mereka sudah mengetahui kalau setiap bulan Juli di Kota Baubau selalu diselenggarakan Festival Puma," katanya.
Ibrahim menambahkan di Sultra sudah banyak kegiatan budaya yang masuk agenda nasional namun yang rutin digelar tepat waktu baru dua, yakni Festival Puma di Kota Baubau pada setiap Juli dan Festival Budaya Wakatobi yang digelar setiap bulan Agustus.
Mahasiswa asal Kota Bau Bau yang ada di Kendari Laode Herlan mengatakan masyarakat Kota Bau Bau patut mendukung penuh festival Puma karena sudah menjadi kebanggaan dan kehormatan masyarakat setempat.
"Awalnya tidak mendapat perhatian tetapi setelah digelar secara rutin atau setiap tahun maka masyarakat setempat sadar bahwa kegiatan dimaksud menjadi ajang promosi daerah," kata Herlan.
Selain membuka Festival Puma di Bau Bau, Gubernur Nur Alam akan membuka Kongres Internasional Bahasa Daerah yang diikuti 13 negara.
Menurut dia acara utama dalam Festival yang akan berlangsung selama tiga hari tersebut adalah pergelaran tradisi ritual adat "Tuturangiana Andala" oleh masyarakat Pulau Makassar dan sekitarnya.
Dalam tradisi ritual itu, kata Ibrahim, para nelayan yang dipimpin pemangku adat melarung sesajen di laut sebagai persembahan kepada penguasa alam. Sesajen mengandung makna sebagai permohonan kepada penguasa alam agar melimpahkan rezeki di laut, sehingga saat para nelayan melaut bisa mendapatkan ikan lebih banyak dan dijauhkan dari marabahaya, terutama amukan badai ombak. (Ant/OL-3)
Sumber: http://www.mediaindonesia.com