Kupang - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Rihi mengatakan pihaknya telah menyiapkan atraksi budaya untuk disuguhkan kepada peserta "Sail Indonesia" yang akan menyinggahi enam tempat di wilayah provinsi kepulauan ini.
"Kami sudah koordinasikan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di daerah-daerah yang akan disinggahi peserta ’Sail Indonesia’ pada Juli 2010, untuk menyiapkan atraksi budaya sebagai suguhan kepada para peserta," kata Rihi di Kupang, Selasa, ketika dikonfirmasi soal kesiapan NTT menyambut acara tersebut.
Ia mengemukakan, sebanyak 220 peserta "Sail Indonesia" 2010 dari berbagai negara itu akan mengambil garis start di Darwin, Australia Utara, kemudian berlayar menuju enam lokasi di NTT, yakni Alor, Nagekeo, Maumere, Labuanbajo, Kupang dan Rote.
"Jika memungkinkan, kami akan mengarahkan peserta ke Pulau Sumba, karena di sana juga merupakan salah satu daerah tujuan wisata di NTT," katanya seraya menambahkan, setelah menyinggahi NTT, peserta ’Sail Indonesia’ kemudian melanjutkan pelayaran ke Banda dan Maluku.
Menurut dia, NTT memiliki aneka budaya dan keindahan serta sejumlah objek wisata langka dunia, namun belum dikelola secara profesional oleh masing-masing pemerintah daerah sebagai aset yang mendatangkan devisa.
"Kita punya Komodo, binatang langka dunia di ujung barat Pulau Flores, tetapi penataan fasilitas penunjang untuk menarik minat wisatawan ke kawasan tersebut, praktis tidak pernah dilakukan oleh pemerintah daerah setempat," katanya.
Demikian juga halnya dengan keajaiban danau tiga warna di puncak Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende, Pulau Flores bagian tengah, serta objek wisata dan budaya lainnya di berbagai daerah di NTT.
"Ini aset daerah yang harus dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah setempat. Tetapi, dalam kenyataannya, tidak pernah dilakukan dan menganggap sebagai urusan provinsi. Akibatnya, aset yang ada menjadi hanya apa adanya," katanya.
Rihi, yang baru beberapa hari menjabat Kadis Kebudayaan dan Pariwisata NTT (sebelumnya Kepala Biro Ekonomi Setda NTT), melihat banyak kepincangan dalam penataan objek-objek wisata di NTT, sehingga aset wisata yang ada tidak bisa dijual dengan baik untuk menarik minat wisatawan.
"Wisatawan tidak lama bertahan di objek-objek wisata tersebut, karena fasilitas pendukungnya seperti hotel dan telekomunasi sama sekali tidak menunjang. Inilah yang menjadi catatan kami untuk pembenahan ke depan bersama pemerintah daerah," katanya. (JY)
Sumber: http://travel.kompas.com