Ciracas, Jakarta - Cagar budaya Betawi sangat memprihatinkan, karenanya Pemerintah dan Pemerintah Provinsi DKI harus memberikan perhatian serius.
"Rumah Adat Betawi sudah berkurang, bahkan di Condet kondisinya sangat memprihatinkan," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah, Pardi, di Susukan, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (17/8).
Menurutnya, cagar budaya Betawi di Condet Jakarta Timur dan Situ Babakan di Jakarta Selatan sangat memprihatinkan. "Negara dan Pemerintah Daerah (Pemda) harus memberikan kepastian anggaran dan perlindungan terhadap cagar budaya," ujarnya.
Menurutnya, cagar budaya tidak boleh berubah fungsi. "Karena cagar budaya jati diri bangsa," jelasnya.
Pardi mengemukakan, buah salak dan dukuh dikenal di Condet akan tetapi kini sudah punah. "Dari Zaman Ali Sadikin Condet sudah menjadi cagar budaya Betawi," ujarnya.
Rumah tokoh Betawi Firman Muntako di Balekambang, lanjutnya, sangat memprihatinkan. "Belum lagi bayar Pajak Bumi dan Bangunan, dan perawatan. Seharusnya, Pemda DKI Jakarta serius menangani persoalan ini," katanya.
Pardi mengemukakan, tidak adanya perhatian memelihara dan melestarikan cagar budaya, maka dengan sendiri akan punah. "Peralatan Lenong, dan alat musik Betawi Tanjidor di Condet perlu biaya perawatan sehingga tidak punah," katanya.
Menurutnya, hajatan dan sunatan masyarakat Betawi lebih belakangan ini tidak menyentuh budaya Betawi. "Ya, itu karena kurangnya pemberdayaan Pemerintah, dan Pemerintah DKI Jakarta dalam menangani persoalan budaya Betawi, sehingga lebih banyak menggunakan musik organ tunggal dan dangdut," tambahnya. [EL, Ant]
Sumber: http://www.gatra.com