Jakarta - Cetak biru (blue print) potensi ekonomi kreatif Indonesia akan dibahas dalam sebuah konvensi pada acara Pekan Produk Budaya Indonesia (PPBI) 2008 yang akan berlangsung di Balai Sidang Jakarta (Jakarta Convention Center/JCC) pada 4-6 Juni mendatang.
Dalam konvensi yang melibatkan para stakeholder (akademisi, praktisi, pakar, pelaku industri, pemerintah pusat dan daerah) tersebut akan dipetakan kekuatan dan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menyongsong ekonomi kreatif yang berbasis pada budaya.
"Pemerintah akan terus mendorong ekonomi kreatif agar dapat menciptakan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, serta pengentasan kemiskinan," kata Dirjen Nilai Budaya, Seni dan Film (NBSF) Depbudpar Tjetjep Suparman kepada pers di gedung Sapta Pesona Jakarta, Selasa (27/5).
Dirjen Tjetjep Suparman yang didampingi sejumlah pejabat Depbudpar antara lain Direktur Direktorat Film Ukus Kurwara, Direktur Kesenian Surya Yuga, Ketua LSF Titiek Said, dan Kepala Pusat Informasi dan Humas Surya Dharma pada kesempatan itu menjelaskan seputar kegiatan Ditjen NBSF yang antara lain tahun ini akan melakukan sosialisasi pelaksanaan Indonesia Creative Idol (ICI) di 12 daerah dalam rangka mendorong para kreatif Indonesia dari berbagai bidang seperti fashion, handycraft, music, animation, games, desain grafis, comic, serta turunan lainnya dalam creative industry.
Menurut Surya Yuga, potensi ekonomi kreatif Indonesia sangat besar menurut data Departemen Perdagangan (Depdag) total transaksi dari industri kreatif tahun 2007 mencapai Rp 104 triliun. "Nilai transaksi ini masih didominasi oleh industri musik, batik, handycraft, film, maupun industri percetakaan termasuk di antaranya desain grafis dan periklanan," kata Surya Yuga.
Dikatakan, dalam konvensi yang membahas Cetak Biru Ekonomi Kreatif Indonesia tersebut nantinya akan menjadi pijakan dalam mengembangkan industri kreatif yang merupakan mata uang baru dalam era ekonomi kreatif saat ini.
Sumber: www.budpar.go.id (28 Mei 2008)