Jakarta - Balai Sarbini, Jakarta, Sabtu (24/5) malam dipenuhi penggemar musik klasik. Mereka menyaksikan konser musik klasik yang diselenggarakan oleh Nusantara Symphony Orchestra (NSO).
Konser bertajuk Heart and Passion ini terbagi dalam dua bagian. Pertama orkestra melantunkan irama karya maestro dunia musik klasik Ludwig van Beethoven, Symphony No 5 in C minor op 67. Kehadiran Hikotaro Yazaki sebagai konduktor tamu sekaligus music director memperindah bagian awal konser malam itu.
Berbekal segudang pengalaman internasional Yazaki serta profesionalitas anggota orkestra NSO, konser Heart and Passion berhasil menyihir ratusan orang yang hadir di ruang konser itu. Menyaksikan kepiawaian anggota NSO membawakan karya Beethoven yang terbagi dalam empat movement, Allegro con brio, Andante con moto, Scherzo: Alegro, dan Alegro-Presto. Penonton pun terpaku di tempat duduknya.
Pada bagian awal simfoni, gerakan empat nada sudah terdengar langsung pada birama-birama awal. Juga ketukan-ketukan sinkope (peringkas nada, Red), aksen penuh kontras, bunyi keras dan lembut disertai not-not dissonant (kuat, Red) berpadu harmonis.
Bagian berikutnya merupakan tema lembut dengan berbagai variasi bunyi dari cello dan biola, disusul dengan kemegahan yang terdengar di beberapa bagian selanjutnya.
Gerakan nada ketiga adalah suatu scherzo yang diawali oleh bunyi alat-alat tiup dan kembali melantunkan dorongan irama yang sama dengan motifnya. Pada gerakan itu, irama yang dihasilkan terkesan menakutkan. Satu chord panjang dengan suara timpani solo, menggendangkan motif lagu itu dalam suatu crescendo panjang mengikat scherzo gerakan ketiga, menggiring ke gerakan keempat.
Dengan panggung ber-setting sederhana tanpa bantuan sound system modern, bunyian yang dihasilkan dari berbagai alat musik terpadu apik menghasilkan kemegahan irama Symphony No 5 itu. Mulai dari barisan alat gesek (string) yaitu biola, cello, kontra bas, alat tiup logam (brass), yaitu terompet dan trombone. Alat musik tiup kayu, yaitu flute, klarinet serta alat musik perkusi, seperti timpani dan dram, terdengar jelas dan terangkai indah. "Bunyi-bunyian dari alat musik terdengar jelas tanpa bantuan peralatan sound system apa pun. Murni dan indah," kata Inge, mahasiswa universitas tingkat enam, yang mengaku baru pertama kali menyaksikan konser musik klasik.
Nada Tinggi
Sementara highlights dari opera bertajuk Carmen versi konduktor asal Jepang, Hikotaro Yazaki merupakan bagian kedua dari konser tersebut. Opera ciptaan George Bizet yang pertama kali ditampilkan 3 Maret 1875 itu menceritakan hubungan percintaan seorang perempuan bernama Carmen yang hidup di Seville, Spanyol dengan pemuja cintanya Don Jose dan Escamillo.
Suara mezosopran Sarah Sweeting membuka opera tersebut. Kekuatan suara penyanyi sopran kelahiran Inggris itu dalam mengisahkan pertemuan Carmen dan Don Jose seakan membawa penonton kembali ke masa peradaban tahun 1800-an di Spanyol. Getaran suara bernada tinggi yang indah membuat penonton terkesima, ketika menyaksikan penampilan Sarah yang mengenakan gaun merah menyala itu di beberapa babak pada opera tersebut.
Tak hanya Sarah yang berhasil memukau penonton, kekuatan suara Aning Katamsi (sopran) berperan sebagai Micaela, Ndaru Darsono (tenor) sebagai Don Jose, dan Harland P Hutabarat (bariton) sebagai Escamillo memperindah opera tersebut.
Masing-masing penyanyi berhasil memainkan perannya dengan baik di setiap repertoar sehingga di setiap akhir penampilannya selalu mendapatkan sambutan meriah dari orang-orang yang hadir. Pada akhir acara, Yazaki dan keempat penyanyi opera menerima hand bouquet sebagai penghargaan atas penampilan menawan mereka pada konser tersebut.
Sumber: www.suarapembaruan.com (26 Mei 2008)