Jakarta - Pariwisata Sulawesi Selatan (Sulsel) kini tengah berbenah diri. Pemerintah setempat menempuh berbagai cara untuk mendatangkan 40.000 wisatawan mancanegara selama tahun kujungan wisata Indonseia (Visit Indonesia Year) 2008. Salah satunya adalah membenahi, mempromosikan dan menjual obyek-obyek wisata bernuansa nostalgia, disamping obyek-obyek wisata alam, tirta, budaya dan kuliner.
Provinsi ini memiliki banyak obyek wisata nostalgia peninggalan zaman kolonial di hampir semua kabupaten dan kota. Salah satunya adalah Monumen Perjuangan Korban 40.000 jiwa, Benteng Somba Opu di Makassar, Makam Sultan Hasanuddin di Kabupaten Gowa, lokasi pendaratan tentara Belanda di Pantai Balandai, Palopo. Selain itu, terdapat pula kuburan tentara Jepang dan Makam Datuk Patimang, pejuang dan juga penyebar syiar Islam di Bumi Sawerigading Luwu, di Luwu Utara.
Ketua PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Sulsel, Andi Ilhamsyah Mattalatta, mengatakan, hampir semua daerah di Sulsel memiliki tempat monumental, yang menyimpan sejarah panjang perjuangan kemerdekaan. Rakyat Sulawesi (Bugis) memang dikenal gigih berjuang melawan penjajah. Monumen perjuangan mereka tersebar di Barru, Luwu, Soppeng, Bone, Gowa, Wajo, Makassar, Pinrang, dan Sidrap.
Wisatawan asal Eropa, khususnya dari Belanda dan Jerman banyak yang tertarik terhadap obyek wisata nostalgia tersebut, begitu pula wisatawan Jepang. "Hampir semua obyek wisata nostalgia itu kini telah berubah menjadi obyek wisata budaya, sehingga kedua sarana pendukung pariwisata tersebut telah dipadukan dalam satu paket yakni wisata budaya dan nostalgia," ujar Ilhamsyah.
Obyek wisata itu kian banyak dikunjungi, melengkapi wisata budaya yang selama ini telah menjadi primadona seperti Toraja. "Kalau di Toraja ada pesta Rambu Tuka (pesta panen) dan Rampu Solo (pesta pemakaman), maka daerah lain juga mengembangkan obyek wisata sejenis," tutur Ilhamsyah.
Sayangnya, pengembangan wisata nostalgia dan budaya oleh pemerintah kabupaten dan kota belum maksimal, padahal kontribusi sektor wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) cukup signifikan, terutama bersumber dari pajak hotel dan restoran. "Jika Pemkab dan Pemkot serius membangun sektor jasa ini, saya yakin bahwa pariwisata di daerah ini akan menjadi primadona," kata Ilhamsyah.
Dirut Clarion Hotel Makassar Anggiat Sinaga mengatakan, kontribusi sektor pariwisata di ibukota provinsi Sulsel ini pada 2007 mencapai Rp40 miliar meningkat dari tahun sebelumnya Rp30 miliar.
Sementara itu, Walikota Makassar Ilham Arif Siradjuddin menyatakan pihaknya memberi perhatian terhadap sektor pariwisata yang punya kontribusi cukup signifikan terhadap PAD setiap tahun. "Peningkatan yang cukup menggembirakan itu, memberi motivasi kami untuk memacu target pendapatan Rp100 miliar pada 2008," kata Ilham.
Perlawanan Rakyat Luwu
Rakyat di Tanah Luwu dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan penjajah dipimpin oleh Andi Djemma, Datu Luwu. Perlawanan rakyat Luwu di peringati setiap tanggal 23 Januari dan diselenggarakan secara bergiliran di empat kabupaten kota di Tanah Luwu yakni Luwu, Palopo, Luwu Utara dan Luwu Timur.
Pada peringatan perlawanan rakyat Luwu 23 Januari 2008 di Malili Luwu Timur, pemerintah dan tokoh pejuang asal daerah itu mendeklarasikan pelestaian nilai-nilai sejarah perjuangan rakyat Luwu dalam mengusir penjajah. Karena itu, di empat kabupaten telah dibangun monumen perlawanan rakyat Luwu oleh masing-masing pemerintah daerah.
Sementara itu, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Syahlan Solthan, mengatakan untuk menjadikan tempat-tempat bersejarah bagi perjuangan rakyat di Sulsel, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melakukan pembenahan obyek tanpa mengubah bentuk aslinya.
Selain memugar obyek wisata perjuangan yang bisa menjadi wisata nostalgia, juga telah dibangun tugu pahlawan serta patung para pejuang kemerdekaan. Obyek wisata yang terdapat di Tanah Luwu antara lain Makam Raja Luwu Andi Djemma, Makam Datuk Patimang, pahlawan sekaligus menyebar syiar Islam di Bumi Sawerigading Luwu.
Sementara di kabupaten Gowa terdapat Makam Sultan Hasanuddin, patung Pajonga di Takalar, Makam Pangerang Diponegoro, Makam Raja-Raja Tallo serta Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat di Makassar.
"Meski wisata budaya yang selama ini menjadi andalan untuk menarik minat wisatawan mancanegara ke Sulsel, namun wisata nostalgia juga tidak kalah menariknya," ujar Syahlan.
Sumber: kompas.co.id (17 Mei 2008)