Ambon - Sektor pariwisata di Provinsi Maluku saat ini masih lesu. Kurang dari 4.000 wisatawan mancanegara yang datang pada tahun 2007. Padahal, sebelum kerusuhan, kunjungan wisatawan mancanegara 14.500 per tahun.
Pariwisata Maluku terpuruk pascakrisis ekonomi dan konflik sosial 1999-2004. Maluku membutuhkan promosi wisata lebih gencar untuk memulihkan citra. Saat ini, kunjungan wisman mulai meningkat, tetapi masih jauh dari pulih.
Dinas Pariwisata Provinsi Maluku mencatat, kunjungan pada 2001 hanya 510 wisman. Lima tahun kemudian 3.396 wisman dan pada 2007 ada 3.656 wisman. Target 2008 adalah 5.375 orang.
Karena kunjungan ke Pulau Banda masih bisa dihitung dengan jari, para pemandu wisata dan pegawai hotel terpaksa berprofesi ganda sebagai tukang ojek hingga buruh serabutan.
”Kalau tidak ada tamu hotel, saya ngojek. Kami tidak bisa lagi berharap banyak kepada wisatawan,” ujar Yahya Hajisubuh, pegawai Hotel Laguna, Banda Naira.
Paul Symon, wisatawan asal Inggris yang berkunjung ke Banda, menyatakan, citra Maluku di luar negeri masih kurang bagus. Ia sendiri masih terbayang kerusuhan Ambon yang ditontonnya di televisi enam tahun lalu. Untuk itu, informasi bahwa Maluku sudah aman perlu disebarluaskan supaya wisatawan lebih banyak datang.
Frans Rijoly, Kepala Subdinas Pemasaran Dinas Pariwisata Maluku, Senin (19/5), mengakui, dukungan dana promosi wisata masih minim. Sejumlah agenda promosi ke luar negeri dicoret dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Juga acara wisata untuk menarik wisatawan.
Frans menyatakan, tanpa promosi gencar, pemulihan citra Maluku sebagai daerah tujuan wisata akan lambat. (ANG)
Sumber: www.kompas.com (21 Mei 2008)