Heritage dan Masterpiece Auction

Jakarta - Lukisan karya Srihadi Sudarsono berjudul "Bedoyo Ketawang-The Beauty of Inner Feeling".

Jangan tanyakan bagaimana peranan karya lukis era modern yang berasal dari tarian-tarian tangan para pelukis master, seperti Affandi, Lee Man Fong, Hendra Gunawan, Srihadi Soedarsono, dan lain-lain. Ibarat kata, karya-karya mereka tidak akan pernah mati meskipun zaman seni rupa sedang memasuki era kontemporer.

Karya-karya mereka tidak ada yang bisa menandingi. Justru, era kontemporer ini menjadi duelnya para pelukis-pelukis muda, baik yang sudah maupun sedang mencari jati dirinya. Galam Zulkifli, merupakan satu dari beberapa pelukis muda yang kini sedang memasuki arena duel tersebut dengan karya-karyanya yang kontemporer.

Dan, arena lelang lukisan dan patung yang untuk pertama kalinya digelar secara bersamaan oleh grup balai lelang Masterpiece di Hotel Hyatt Aryaduta, Jakarta, Minggu (8/6) mendatang, bisa jadi merupakan ajang pembuktian dari karya-karya pelukis kelahiran Sumbawa, NTB, 14 Januari 1971 ini.

Dalam lelang yang berlangsung sehari itu, grup Masterpiece menampilkan lelang yang dilakukan oleh Balai Lelang Heritage dan Masterpiece. Untuk Heritage akan dilelang sebanyak 151 lukisan dan untuk Masterpiece dilelang sebanyak 156 lukisan dan beberapa patung. Jadi, totalnya ada 307 lukisan yang dilelang.

Pada lelang Heritage, selain Galam, hadir juga beberapa pelukis legendaris Indonesia, seperti Antonio Blanco, Trubus Sudarsono, Widayat, Dullah, kemudian pelukis-pelukis yang mewakili generasi muda (era kontemporer) Alit Sembodo, Tommy Wondra, Ugo Untoro, Putu Sutawijaya, Faizal, dan lain-lain. Sementara dalam Masterpiece, karya-karya Galam bersama pelukis-pelukis muda lainnya akan tampil dengan karya-karya seniornya, seperti Srihadi Soedarsono, Hendra Gunawan, S Sudjojono, dan lain-lain.

Pada dua lelang yang dilakukan Heritage dan Masterpiece tersebut, ditampilkan enam karya Galam. Tiga karyanya yang dilelang di Heritage bertemakan Life Face # 1 (ukuran 150 x 100 cm), Kelahiran (165 x 139 cm), dan The Face of Century 21th (145 x 135 cm). Sementara pada lelang Masterpiece, juga ditampilkan tiga karya pelukis jebolan seni rupa IKIP Yogyakarta ini, yaitu Mesin ke-8 (100 x 150 cm), Seri: CMYK #3 (200 x 150 cm), dan tidak ada judul (150 x 100 cm).

Seperti yang dijelaskan Direktur Grup Masterpiece, Benny Raharjo kepada SP di Jakarta, Sabtu (31/5), Galam adalah pelukis yang luar biasa. Dia mampu melukis dengan kedua tangannya, kiri dan kanan. Lukisan-lukisan kontemporer karyanya sangat bagus dan berkualitas untuk mewakili bangsa Indonesia di era seni rupa kontemporer saat ini.

"Dia sangat kreatif dan berani memainkan cat. Dia juga mampu melukis dengan menggunakan cat klorosin, yaitu jenis cat yang akan menyala pada saat gelap," ujar Benny.

Selain karya-karya Galam, lukisan-lukisan hasil goresan Putu Sutawijaya diprediksikan juga akan mendapat sambutan yang antusias dari para kolektor dan art dealer Indonesia. Seperti halnya Galam, enam karya Putu Sutawijaya juga akan turut memeriahkan lelang tersebut.

Angkuhnya Modern
Sementara di era modern, menampilkan karya-karya agung dari para legenda seni rupa Indonesia. Lukisan bertema Bedoyo Ketawang - The Beauty of Inner Feeling (90 x 100 cm) yang dibuat Srihadi Sudarsono tahun 2008, memberikan kecerahan pada warna merah yang mendominasi tiga objek penari.

Warna merah yang ditampilkan Srihadi menyerupai warna merah kebanggaan mobil balap Formula-1 dari tim "Kuda Jingkrak" Ferrari. Dengan dominasi warna merah menyala, warna cokelat muda yang menjadi warna kontur tubuh tiga penari menjadi begitu hidup dan mencolok, sehingga lukisannya menjadi lebih hidup.

Selain Bedoyo Ketawang, karya Srihadi lainnya yang ditampilkan adalah Pendet (70 x 60 cm) dan Figur Wanita (77 x 45 cm).

Selain Srihadi, keangkuhan pelukis era modern juga terdapat pada karya sang maestro S. Sudjojono dengan lukisan berjudul Pantai Carita (70 x 90 cm) yang dibuat tahun 1974.

Di sini, Sudjojono tidak memberikan perspektif pada pantai, tetap menggambarkan secara utuh kehidupan di kampung nelayan, lengkap dengan perahu, anak-anak yang sedang bermain, serta berbagai ternak, seperti angsa dan bebek yang sedang mengais makanan. Jarang sekali seorang Sudjojono melukis secara utuh setiap sisi kehidupan manusia seperti pada lukisannya ini.

Sementara Hendra Gunawan, dengan lukisan ukuran 65,5 x 96,5 cm, menggambarkan lima perempuan beserta dua anak kecil yang sedang menikmati air pancuran dalam lukisan bertema Mandi di Pancuran. [F-4] (sp/ferry kodrat)

Sumber: www.suarapembaruan.com (3 Juni 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts