Bintan, Kepulauan Riau- Kawasan Lagoi tak hanya menyediakan pariwisata yang eksotis dengan pelayanan berkualitas internasional. Kawasan ini juga menyediakan tempat ibadah yang representatif yaitu Masjid Al Muhajirin. Jadi, bagi siapa saja yang sedang berjalan-jalan ke kawasan wisata Lagoi dan ingin melaksanakan salat berjamaah, tempatnya sudah disiapkan di masjid ini.
Masjid ini terletak di sekitar pemukiman karyawan atau dormitory atau hanya sekitar 100-an meter dari Pasar Oleh-oleh. Sekilas pandang dari jalan besar bangunan masjid ini mungkin tak kelihatan. Sebab, lingkungan sekitarnya dijaga dengan baik sehingga selalu teduh, dan sejuk.
Sebuah batu granit yang besarnya nyaris sama dengan sebuah rumah sedang bisa menjadi penanda yang mudah dicari. Selain itu, di atas batu granit yang memang asli berada di situ jugalah dipahatkan nama masjid tersebut. Jadi, namanya tidak dibuat di plang kayu atau plang beton sebagaimana masjid-masjid lainnya.
Di masjid inilah segala kegiatan keagamaan umat Muslim yang bekerja di kawasan wisata yang luasnya sekitar 23 ribu hektare, dilaksanakan sejak sekitar 11 tahun terakhir. Saat ini ada sekitar 4.000-an orang yang bekerja di kawasan pariwisata Lagoi ini, sebagian besar di antaranya merupakan umat muslim.
Namun, bukan hanya para karyawan perusahaan yang ada di sini saja yang menggunakan masjid ini. Para pelancong dan juga tamu-tamu penting yang ke Lagoi juga menjadikan masjid ini sebagai tempatnya beribadah. Termasuk, beberapa menteri di kabinet sekarang dan sebelumnya jika berkunjung ke sana. Para petinggi negeri ini memang sering sekali bertandang ke Lagoi, selain untuk bertugas juga berlibur.
Terakhir, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga sudah sampai di tempat ini. Sebelumnya, beberapa presiden lainnya juga sudah berkunjung ke Lagoi. Maklum, selain pantainya sangat indah, layanannya berkualitas internasional dan privacy setiap pengunjung dijamin sebaik-baiknya.
”Banyak menteri yang sudah salat di sini beberapa kali, Pak Try Sutrisno (mantan Panglima ABRI, red) juga sudah pernah salat di sini. Begitu juga Pak Ginanjar Kartasasmita,” kata Ketua Pengurus Masjid Al Muhajirin, Nur Fadli, kemarin.
Ketenangan, sejuknya udara, dan asrinya kondisi alam di sekitar masjid yang teduh dengan rimbunan pepohonan yang terawat dengan baik, seakan menjadi ucapan selamat datang yang sangat berkesan, bagi siapa saja yang datang ke masjid ini. Kesan lebih mendalam akan semakin terasa begitu memasuki masjid, yang jika dilihat dari jauh seperti berbentuk tumpengan itu.
Hanya bulan sabit yang seperti memeluk bintang berwarna kuning kemerahan menjadi penanda bahwa bangunan ini merupakan masjid. Di bawah bulan sabit, dan bintang itu terdapat dua buah toa –pengeras suara- berwarna putih. Melalui pengeras suara inilah suara azan dikumandangkan di kawasan wisata yang setiap tahunnya dibanjiri ratusan ribu wisman tersebut.
Tidak ada kubah sebagaimana laiknya masjid-masjid di Pulau Sumatera, juga di Kepri sekarang. Atapnya menjulang tinggi dari empat sudut ke atas. Sekaligus menimbulkan kesan yang unik. Namun, yang paling membuat terkesan adalah bahwa masjid ini sama sekali tidak memiliki dinding, hanya mihrabnya saja yang punya dinding. Kalau angin kencang pasti adem.
Seluruh bangunan terbuat dari kayu, dan masjid ini berbentuk rumah panggung. Hanya tiang panggungnya saja yang dari beton. Untuk masuk ke masjid ada tiga buah tangga masing-masing di sebelah kiri, sebelah kanan, dan di depannya. Untuk jamaah yang mau duduk bersandar bisa menumpangkan punggung ke pagar kayu yang mengelilingi ruangan masjid. Pagar kayu yang berbentuk barisan tiang itu tingginya sekitar setengah meteran. Cukup buat sandaran punggung.
Barangkali di seluruh Provinsi Kepri hanya inilah satu-satunya masjid yang sama sekali tidak memakai dinding. Untuk melindungi jamaah atau yang sedang beribadah dari kemungkinan tempiasan air hujan, tersedia tirai-tirai dari rotan yang digulung di bawah atapnya yang juga sangat unik tersebut. Begitu hujan deras turun apalagi jika disertai angin kencang, tirai-tirai ini tinggal ditarik saja sudah langsung melindungi ruangan masjid.
Bangunan masjid yang sangat unik ini, menurut Nur Fadli dibangun sekitar tahun 1997 oleh PT BRC. Sedangkan kontraktor pelaksananya warga keturunan China dari Singapura. Setelah pembangunannya selesai, Bupati Kabupaten Kepri saat itu, Abdul Manan Saiman yang kemudian meresmikan penggunaannya (Sigit).
Sumber: batampos.co.id (17 September 2008)