Makanan Khas Makassar di Pasar Mappanyukki

Makassar- Pedagang kue dan makanan siap saji khas Bugis, Makassar, menjajakan dagangannya di Pasar Ramadhan Mappanyukki, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (10/9).

Bulan Ramadan membawa berkah bagi para penjual makanan khas Bugis, Makassar di sepanjang Jalan Mappanyukki, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Jalan yang mengabadikan nama raja Bone itu menjelma menjadi pusat aktivitas jajanan kue dan makanan khas dan mulai tampak ramai sejak siang hari. Ratusan kendaraan dan hiruk-pikuk orang berbelanja mencari makanan untuk persiapan berbuka puasa. Suasana itu menjadikan kawasan tersebut sebagai Pasar Ramadan yang muncul setiap tahun.

Mappanyukki punya daya tarik tersendiri dibandingkan pasar tradisional lain di Kota Makassar. Aneka kue dan makanan tradisional Bugis, Makassar dapat dijumpai, antara lian pisang ijo, pallu butung, putu cangkiri, putu ambong, jalangkote, koroket, barongko, cucur bayao, biji nangka, cendol pandan, es buah hingga kue-kue modern.

Tak ketinggalan, berbagai macam lauk-pauk, dari jenis udang bakar, cumi goreng saus, ikan bakar bumbu parape, pallu mara raca mangga, acar bumbu telur puyuh, acar telur ikan terbang, lawar jantung pisang, lawar pisang batu, lawar ganggang serta aneka sayuran siap saji.

Pasar Ramadan jadi pilihan warga, karena banyak tersedia jenis makanan khas dan buah-buahan, harganya pun terbilang murah dibanding harga yang tersedia di supermarket atau restoran. "Saya senang berbuka puasa dengan makanan tradisional dan di Mappanyukki banyak menu pilihan yang dapat saya jumpai, harganya pun murah serta bersih," ujar Israwati, warga Perumahan Hartaco, Rabu (10/9).

Bagi para pemudik yang baru pulang ke Makassar, sering melepas rindu untuk mengunjungi Pasar Ramadan Mappanyukki, sebab di tempat itu ia bisa mencari makanan khas siap saji yang diinginkan.

Penganan tradisional dijual antara Rp 1.000 - Rp 5.000 per biji, sedangkan ikan pepes, ikan bakar rica-rica, udang saus, cumi, lawar serta sayur-sayuran siap saji ditawarkan dari harga terendah Rp 5.000 sampai Rp 25.000 per paket.

"Setiap pulang kantor saya tak perlu repot, cukup singgah di sini berbelanja kebutuhan buka puasa. Lebih murah dibanding harus membeli bahan ke pasar dan memasaknya sendiri," kata Eppy, karyawan Telkom.

Kegiatan Dakwah
Mappanyukki tidak hanya menjadi pusat jajanan rakyat, kawasan itu sudah menjadi pusat kegiatan dakwah yang digelar oleh perusahaan perjalanan haji Lailaha Illallah. Di situ juga bermarkas sebagian suporter PSM Makassar Mappanyukki.

"Bangkitnya Pasar Mappanyukki pertama kali digagas H Ande Abdul Latif, mantan pengusaha perjalanan haji Tiga Utama yang juga mantan pengurus PSM Makassar," jelas Zaenal Dalle, warga setempat.

Menurutnya, Ande membangun langgar besar di samping rumahnya sebagai tempat salat untuk umum dan menjadi tempat beristirahat menunggu berbuka puasa dan salat terawih. Di tempat itu juga berlangsung tradisi berbuka puasa bersama yang menyediakan hidangan gratis berupa penganan, es buah, kurma, air zam-zam, dan nasi lauk.

Setiap hari peredaran uang di Pasar Ramadan Mapapanyukki mencapai puluhan juta rupiah, kawasan itu benar-benar membawa berkah dan kesempatan usaha bagi ibu-ibu rumah tangga, terutama untuk mencari tambahan menyambut Lebaran. Tak ketinggalan puluhan tukang parkir kendaraan yang setiap orang bisa mengantongi Rp 100.000 per hari dari hasil parkir.

Nuraminah, ibu tiga anak, pedagang kue tradisional di tempat tersebut mengatakan, tahun lalu hasil menjual kue bisa mencapai keuntungan sekitar Rp 3,5 juta. Banyaknya pedagang yang ikut berjualan di tempat itu juga tak membuatnya takut tersaingi.

Menurut Aminah, ia dan beberapa pedagang kue lainnya sudah punya langganan khusus dan sering melayani pesanan dalam jumlah banyak untuk kebutuhan berbuka puasa.

"Saya yakin keuntungan tahun ini hasilnya lebih besar, meskipun semakin banyak penjual, sebab setiap hari pengunjung juga makin padat, dan keadaan itu berlangsung sampai malam hari, menjelang salat terawih," katanya. [SP/M Kiblat Said]

Sumber: www.suarapembaharuan.com (15 September 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts