Pesta Danau Toba Dimulai

Parapat, Sumatra Utara - Pesta Danau Toba sebagai agenda wisata dan budaya kembali berlangsung setelah sepuluh tahun terhenti. Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin membuka pesta itu di panggung terbuka Parapat, Kabupaten Simalungun, Senin (14/7). Pesta ini diharapkan kembali menggairahkan pariwisata.

Pesta yang menggelar aneka acara budaya dan olahraga ini akan berlangsung sampai Jumat mendatang.

Panitia memperpanjang acara ini dua hari dari jadwal karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mereka janjikan datang pada hari itu.

”Rakyat perlu disentuh, pemerintah perlu dibantu. Saya meminta agar kelestarian Danau Toba dijaga,” tutur Syamsul Arifin saat memberikan sambutan pembukaan.

Potensi positif Danau Toba, tutur Syamsul, diminta agar diangkat semua pihak berkepentingan. Hal-hal yang bersifat negatif, katanya, untuk sementara agar tidak dipublikasikan. Ini semua demi kemajuan pariwisata Danau Toba.

Dia kembali menyentil janji pada masa kampanye pemilihan kepala daerah (pilkada) sebelum terpilih menjadi Gubernur Sumut. ”Jangan sampai rakyat lapar, bodoh, dan sakit. Acara seperti ini perlu mendapat dukungan,” katanya.

Hadir dalam acara itu Menteri Kehutanan MS Kaban, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sumut Parlindungan Purba, dan muspida Pemerintah Provinsi Sumut.

MS Kaban dalam acara itu menyerahkan 70.000 bibit pohon berbuah untuk tujuh kabupaten/kota di wilayah sekitar Danau Toba.

Sebagian dari tanaman itu ditanam di sekitar tempat pembukaan pesta oleh MS Kaban dan Syamsul Arifin.

Krisis dana
Pesta Danau Toba sempat terhenti sepuluh tahun karena persoalan dana. Pesta tersebut kembali digelar untuk membangkitkan kawasan wisata Danau Toba yang selama ini dinilai mati suri.

Rangkaian acara Pesta Danau Toba di antaranya pentas seni budaya, pameran, lomba lukis, pemilihan Putri Danau Toba, festival kuliner, bakti lingkungan, lomba renang, dan tur keliling danau.

Ketua Panitia Pesta Danau Toba Sujono Manurung mengatakan, acara ini juga dihadiri perwakilan dari Provinsi Banten dan Papua.

Respons positif
Wisatawan asal Belanda, Elze Stolze, merespons positif acara ini. Dia yang datang bersama istri dan anaknya merasa terhibur. Elze mengaku datang ke Danau Toba setelah melihat brosur tempat tujuan wisata di Indonesia.

”Agenda acara ini positif. Saya mengharapkan lebih sering digelar,” tutur pria yang datang sejak Sabtu pekan lalu itu.

Kendati berlangsung meriah, acara ini tidak lepas dari kritik budayawan Sumut.

Budaya lokal kurang
Pengamat budaya Batak, Thomson HS, mengatakan, unsur budaya lokal yang digelar di pesta kali ini kurang kaya.

Thomson menuturkan, panitia mestinya bisa menggali kekayaan budaya Batak lebih banyak. ”Di pembukaan acara kita lihat unsur budaya Toba, Simalungun, dan Melayu tampil. Tetapi, mana budaya Karo dan Pakpak Bharat di acara ini,” katanya.

Sebagai bentuk kritik, mereka menggelar acara tandingan yang bertajuk ”Save The Tao” mengelilingi Danau Toba. Acara ini sengaja digelar untuk menggali potensi budaya lokal sekitar Danau Toba.

”Kami tidak ingin banyak seremonial. Kita lihat langsung bagaimana kekayaan budaya Toba,” katanya. (NDY)

Sumber: cetak.kompas.com (15 Juli 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts