Yogyakarta - Tidaklah sulit mencari angkringan di Kota Yogyakarta. Hampir di setiap sudut gang dan jalan gerobak angkringan akan mudah ditemui. Ngangkring, begitu sejumlah orang menyebut untuk makan dan minun di angkringan, kini telah menjadi alternatif warga untuk mengisi perut sambil menghabiskan waktu.
Salah satu legenda angkringan di Kota ini adalah angkringan di dekat Stasiun Kereta Api Tugu. Sisgiman (54), atau lebih akrab dipanggil Lek Man, lelaki asal Cawas, Klaten, sudah sejak tahun 1974 berjualan di trotoar jalan di luar stasiun tersebut.
Angkringan Lek Man sebenarnya tidak jauh berbeda dengan angkringan lain di Kota Yogyakarta. Menu utamanya adalah sego (nasi) kucing. Sego kucing adalah nasi dengan lauk ikan teri atau sayur disertai sambal yang dibungkus daun pisang. Disebut sego kucing karena porsi nasi serta lauknya sedikit sehingga diibaratkan hanya bisa membuat kenyang kucing. Lauk pendamping sego kucing cukup bervariasi, mulai tempe, tahu, dan bakwan goreng, peyek kacang, serta sate kulit dan usus ayam.
Banyaknya remaja dan mahasiswa yang bertandang ke angkringan Lek Man membuat suasana di kawasan itu menjadi ramai.
Bagi mereka, makan sambil ngobrol di angkringan menjadi kenikmatan tersendiri. Harga makanan dan minuman dijamin tidak akan menguras isi kantong. (Teks dan Foto-foto: Yuniadhi Agung)
Sumber: cetak.kompas.com (28 Juli 2008)