Magelang, Jawa Tengah - Setiap negara harus mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam mempromosikan warisan budaya. Dengan memberikan kemasan yang lebih variatif dan ekspresif, warisan budaya dapat menjadi produk ekonomi budaya yang bernilai tinggi sekaligus tampilan yang menarik, indah, dan berkesan bagi wisatawan.
Hal itu dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan pada acara The 2008 Trail of Civilization Performing Arts yang digelar di Taman Lumbini, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (26/7).
Acara itu menampilkan sendratari The Journey of Buddha King Asoka yang menceritakan tentang Raja Asoka, raja dari India, yang menyebarkan agama Buddha ke luar India. Acara dihadiri 10.000 undangan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta perwakilan dari enam negara ASEAN.
Kreativitas dan inovasi penting untuk memajukan industri pariwisata di Tanah Air. Akan tetapi, Presiden mengingatkan agar dijaga kemurnian nilai sejarah dan budaya dalam pengelolaan serta pengembangan pariwisata. Sebab, di dalam warisan budaya tersimpan pesan moral dan spiritual.
Enam negara di ASEAN, menurut Presiden, memiliki kesamaan budaya dan peradaban. Jejak peradaban inilah yang harus dijaga dan menjadi pedoman bagi kehidupan di masa kini.
Berbekal kesamaan budaya, enam negara ASEAN berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya yang tertuang dalam Deklarasi Borobudur, yang ditandatangani tahun 2006.
Candi Garuda
Pada hari yang sama, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik meresmikan pembukaan kembali Candi Garuda di Kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta, yang selesai direhabilitasi dari kerusakan akibat gempa tahun 2006.
Pagar yang membatasi wisatawan dengan area rehabilitasi—termasuk Candi Garuda—disingkirkan. Sebelumnya, wisatawan hanya bisa melihat candi dari luar pagar.
Selain Garuda, ada candi lain yang dalam proses rehabilitasi, yaitu Candi Nandi, serta menunggu direhabilitasi, yaitu Candi Brahma, Wisnu, dan Angsa.
Jero Wacik berharap pembukaan candi ini bisa mendongkrak kunjungan wisatawan ke Candi Prambanan.
Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Hari Untoro Drajat mengatakan, rehabilitasi Candi Prambanan menghabiskan dana Rp 50 miliar, yang diperoleh dari APBN, UNESCO, dan berbagai institusi. Kegiatan perbaikan dilakukan secara padat karya, melibatkan penduduk sekitar sebagai tukang.
Sebelum candi direhabilitasi, terlebih dahulu dilakukan penyelamatan pada 19 Juni-30 September 2006. Setelah itu, dilakukan studi yang melibatkan pakar dari berbagai disiplin ilmu, baik nasional (Universitas Gadjah Mada) maupun internasional, yang berlangsung pada Oktober 2006 hingga Agustus 2007. (EGI/WER)
Sumber: cetak.kompas.com (27 Juli 2008)