Denpasar - Bali telah mampu mengubah ancaman pariwisata dan globalisasi menjadi satu kekuatan bersaing dengan daerah dan negara lain di dunia untuk menjadi daerah tujuan wisata yang unik dan menarik.
“Upaya itu dilakukan dengan menguatkan pelestarian seni budaya melalui revitalisasi, pelestarian dan pemanfaatan seni budaya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk untuk dunia pariwisata,” kata Prof Dr Ir I Gede Pitana, gurubesar Universitas Udayana di Denpasar, Minggu.
Mantan Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Bali itu menyebutkan, masyarakat dengan memperkuat jati diri dengan seni budaya yang diwarisi secara turun-temurun sangup membalikkan ancaman menjadi sebuah peluang.
“Ibarat ancaman pariwisata dan globalisasi itu sebuah ombak besar, kita dituntut mampu bermain papan selancar di atas gulungan ombak yang dahsyat, sehingga bisa memperoleh kenikmatan dan keuntungan,” ujar Pitana.
Oleh sebab itu konsep pelestarian budaya Bali harus dapat dilakukan secara dinamis oleh berbagai komponen dan semua unsur yang ada di Pulau Dewata.
Hal itu penting dilakukan, mengingat pariwisata dan industri budaya di Bali telah menjadi “generator” penggerak dalam pembangunan ekonomi dan “lokomotif” dalam perubahan sosial-budaya setempat.
“Benarkah kebudayaan Bali telah hancur, setelah puluhan tahun bergelut dengan pariwisata dan industri budaya? Apakah kesenian dan berbagai aspek kebudayaan kita sekarang sudah hancur, atau ditinggalkan oleh masyarakatnya,” tanya Pitana.
Adanya konsep pelestarian kebudayaan yang dinamis mampu menjawab pengaruh pariwisata dan industri budaya terhadap kebudayaan Bali serta situasi sosial-budaya Pulau Dewata dalam era kekinian.
Kebudayaan Bali seperti juga seni dan budaya etnis lainnya di dunia, harus diakui sudah tidak sama seperti seratus tahun silam.
Kebudayaan Bali selalu mengalami proses dekonstruksi dan rekonstruksi, namun pada akhirnya justru memperkuat identitas etnis, tambah Pitana.
Sumber: www.antara.co.id (22 Juni 2008)