Industri Batu Bata Merusak Situs Trowulan

Mojokerto, Jawa Timur- Setiap tahun sedikitnya 6,2 hektar lahan di situs Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, yang menjadi pusat peninggalan arkeologi Kerajaan Majapahit rusak. Kerusakan itu terutama dipicu oleh industri batu bata di sekitar situs.

Hal itu terungkap dari hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Puslitbang Budpar). Luas lahan di situs Trowulan yang rusak bisa bertambah setiap tahun mengingat geliat industri pembuatan batu bata yang terus marak.

Lahan yang rusak karena diambil tanahnya sebagai bahan baku batu bata itu sangat mengancam keberadaan situs tersebut. Apalagi, hingga kini lokasi pusat Kerajaan atau Kedaton Majapahit yang diperkirakan berada di situs Trowulan belum juga ditemukan lokasi pastinya.

Penanggung Jawab Penelitian Arkeologi Terpadu (PATI) I Irma M Johan, Selasa (5/8), menyebutkan, konsep pemberdayaan berbasis masyarakat bisa digunakan sebagai solusi afirmatif untuk mengatasi persoalan itu.

Menurut Ketua Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana I Nyoman Wardi, aparat keamanan yang berwenang mesti bisa memberikan jaminan keamanan terhadap situs Trowulan.
Nyoman menyebutkan, selain industri batu bata rakyat yang mengancam keberadaan peninggalan bersejarah itu, ada pula upaya-upaya penggalian liar oleh sejumlah pihak.

Penggalian liar untuk menemukan sejumlah peninggalan Kerajaan Majapahit yang tidak terpantau itu berpotensi menghilangkan sebagian potongan sejarah yang terus ditelusuri dan dirangkai oleh para arkeolog. ”Pencurian itu juga menjadi ancaman,” kata Nyoman.

Untuk mengatasi persoalan tersebut dalam jangka panjang, Irma, yang juga Ketua Departemen Arkeologi Universitas Indonesia, menambahkan, para arkeolog bisa memulai untuk memberikan makna terhadap situs-situs peninggalan Kerajaan Majapahit yang relevan dengan keadaan masa kini. (INK/KOR)

Sumber: cetak.kompas.com (6 Agustus 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts