Jakarta- Setiap bulan suci, Ibu Dati, 65 tahun, kebanjiran pesanan. Maklum, kue apem putih buatan warga Cinyendol, Cimanuk, Pandeglang, ini sangat digemari untuk hidangan berbuka. Jenis kue yang menjadi sajian khas daerah itu kini digemari oleh masyarakat Banten dan Jakarta. Pesanan Dati pun berdatangan dari Rangkasbitung, Serang, Tangerang, dan Jakarta.
Kue apem terbuat dari tepung beras dan tape singkong. Rasanya nikmat jika dicampur dengan gula merah atau sirop. Orang melahapnya saat berbuka puasa. Karena itu, pembuatan kue ini dilakukan hanya selama bulan puasa. Menurut Dati, pembuatan kue apem putih di Cimanuk itu sudah turun-temurun dan ia tidak mengetahui secara pasti sejak kapan kue ini mulai populer.
"Saya sejak kecil sudah membuat kue apem putih itu di bulan suci Ramadan," katanya. Namun, para orang tua dulu menyebutkan, kue apem putih itu hadir sejak zaman Islam masuk ke tanah Banten.
Pembuat kue apem lain, Anah, 40 tahun, warga Mesjid, Cimanuk, mengaku, setiap hari menghabiskan tepung beras 15 kilogram dan tape singkong 10 kilogram untuk pembuatan kue apem putih. "Kami hanya bermodal Rp 75 ribu dan mendapat keuntungan dari pembuatan kue sekitar Rp 150 ribu," katanya.
Beberapa pedagang di Jalan Raya Labuan-Pandeglang setiap hari bisa membawa pulang uang Rp 25-30 ribu dari hasil keuntungan penjualan kue apem putih itu. "Kami menjual kue itu seharga Rp 5.000 untuk 10 buah apem," kata Mimin, 40 tahun.
Sumber: www.antara.co.id (22 September 2008)