Medan, Sumatra Utara - Kepala Pusat Kajian Pembangunan Regional Sumatra Utara, Jaya Arjuna, menilai sudah saatnya kawasan wisata Danau Toba harus kembali dijadikan aset nasional dan bahkan aset dunia.
"Danau Toba itu memiliki sejarah yang mendunia, namun selama ini potensinya cenderung hanya dikelola secara konvensional dan tidak efektif, sehingga Danau Toba menjadi terlupakan," katanya ketika menjawab wartawan di Medan, Rabu (23/7).
Jaya Arjuna mengaku mendukung gagasan anggota DPRD Sumut Efendy Naibaho yang mengusulkan agar pemerintah menjadikan Danau Toba sebagai kawasan otorita khusus agar potensi yang ada bisa terkelola dengan maksimal.
Naibaho yang juga anggota Fraksi PDIP DPRD Sumut itu mengatakan, pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menutup Pesta Danau Toba (PDT) pekan lalu yang meminta agar pengelolaan Danau Toba dilakukan secara menyeluruh, perlu segera disikapi dengan bijak oleh pemerintah daerah dan juga pemerintah pusat.
Jika usulan otorita khusus itu diakomodir, ia meyakini Danau Toba dengan segala potensinya yang sangat besar akan terkelola secara maskimal sekaligus mendatangkan dampak positif bagi Sumut dan Indonesia, lebih khusus lagi bagi tujuh kabupaten/kota di sekitar kawasan Danau Toba.
Sementara Jaya Arjuna sendiri menilai Danau Toba merupakan aset berharga Sumut yang selama ini cenderung disia-siakan, tidak dikelola secara efektif dan tidak memberi dampak yang berarti bagi daerah sekitarnya.
Menurut dia, Danau Toba pernah mengubah sejarah dunia dari sisi lingkungan, ketika sekitar 75 ribu tahun lalu terjadi letusan mega kolosal di kawasan itu yang menyebabkan seluruh dunia dipenuhi debu vulkanik. Akibatnya, seluruh wilayah di dunia ketika itu sama sekali tidak kena sinar matahari selama bertahun-tahun karena tertutup debu dari letusan di Danau Toba.
"Akibat letusan itu juga, dunia mengalami penurunan teperatur hingga 3,5 derajat. Begitu bersejarahnya Danau Toba bagi dunia, sementara kita kini menyia-nyiakannya," katanya.
Disamping itu, Danau Toba yang berukuran 100 kilometer kali 30 kilometer merupakan danau terbesar di dunia, demikian juga dengan Pulau Samosir yang terletak di tengahnya, yang merupakan pulau dalam pulau terbesar di dunia.
"Begitu hebat dan luar biasanya potensi Danau Toba, kenapa kita tidak mampu `menjualnya`, kenapa kita tidak mampu mendatangkan wisatawan ke sana. Ini menjadi pertanyaan besar bagi kita," ujarnya.
Jaya Arjuna bahkan menilai ada yang salah dalam pengelolaan kawasan Danau Toba selama ini, yakni kesalahan dalam membangu citra disamping kesalahan dalam membangun fasilitas, sehingga "barang bagus" tidak laku "dijual".
"Apa yang ada selama ini (Badang Pengelola Danau Toba-red) sangat tidak efektif. PDT kemarin saja tidak bergema sebagaimana diharapkan. Jika Presiden tidak datang, mungkin PDT tidak akan berarti apa-apa. Ini semua terjadi karena kita masih saja berfikir secara konvensional dalam mengelola kawasan Danau Toba, dan pola pikir seperti itu harus segera diubah dan ditinggalkan," tegasnya.
Menurut dia, kedepan harus ada reformasi yang ekstrim jika ingin menjadikan Danau Toba sebagai kawasan wisata yang menjadi asset nasional bahkan aset dunia. "Jadi kita sangat mendukung usulan otoritas khusus bagi kawasan Danau Toba itu, agar pengelolaannya bisa lebih fokus dengan dukungan dana dari berbagai pihak khususnya dari APBN," katanya. (ron/ann)
Sumber: www.waspada.co.id (23 Juli 2008)