Permainan Tradisional Terancam Hilang

Padang, Sumatra Barat - Sejumlah permainan tradisional Sumatera Barat terancam hilang, terutama karena perubahan zaman. Oleh karena itu, sejumlah kelompok masyarakat berupaya memperkenalkan permainan tradisional yang biasa dimainkan anak-anak.

Mifta Hulda (11), Zaki (14), Abdul Halim (12), dan Mari Muhammad (10), keempatnya anak-anak asal Kabupaten Limapuluh Kota, Senin (7/7), mengatakan mengenal permainan tradisional dari sekolah mereka di SD 01 Situjuah Batu, Kabupaten Limapuluh Kota.

”Di sekolah dikenalkan enggrang, terompah panjang, dan terompah galuak. Senang juga memainkan permainan itu. Seru. Sebelum ada pengenalan dari sekolah, kami tidak tahu permainan tradisional,” kata Miftah.

Muhammad Kahfi (12), warga Kota Padang, juga mengaku mengenal permainan tradisional dari pelajaran di sekolah. Dia senang bisa memainkan permainan tradisional karena memberikan tantangan tersendiri baginya.

Enggrang adalah alat kayu yang mempunyai penyangga agar anak bisa berjalan dengan menggerakkan alat ini. Dibutuhkan keseimbangan dan keterampilan agar tidak jatuh dari enggrang.

Terompah panjang atau yang juga dikenal dengan bakiak merupakan sandal kayu panjang yang dimainkan oleh tiga anak sekaligus. Dibutuhkan kekompakan untuk bisa berjalan dengan terompah panjang.

Adapun terompah galuak terbuat dari sepasang tempurung kelapa yang dipasangi tali penghubung. Anak menaruh telapak kaki di kedua tempurung dan berjalan dengan mengendalikan tempurung lewat tali.

”Sebelumnya, pelajaran olahraga hanya diisi dengan permainan bola besar dan kecil. Dengan permainan tradisional ini, anak bisa mengenal permainan asli dari daerah mereka,” tutur Amril.

Kepala Museum Adityawarman Usria Dhavida mengatakan, permainan tradisional itu bisa membentuk karakter anak seperti kejujuran dan kreativitas, sekaligus sebagai ajang sosialisasi dengan teman-teman sebaya.

”Sayangnya, permainan tradisional itu sudah tergantikan dengan permainan elektronik seperti playstation. Selain itu, anak juga sudah sibuk dengan pelajaran,” kata Usria. (ART)

Sumber: cetak.kompas.com (8 Juli 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts