Tradisi `Ngejot` Jelang Idul Fitri di Bali

Denpasar, Bali- Tradisi "ngejot" bagi umat Islam menjelang Hari Raya Idul Fitri di Bali hingga kini masih lestari, khususnya komunitas yang bermukim di daerah pedesaan.

"Umat muslim yang tinggal di kota dulu menjelang Lebaran juga `ngejot`, yakni memberikan menu makanan kepada sahabat dan warga lintas agama yang tinggal di sekitarnya," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali, Haji Ahmad Hasan Ali di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, tradisi "ngejot" bagi umat muslin di perkotaan itu lambat laun hilang, meskipun sebagian kecil masih memegang teguh tradisi tersebut.

"Tradisi `ngejot` bagi komunitas muslim di pedesaan menunjukkan adanya kekerabatan yang begitu akrab dengan umat lainnya yang beragama Hindu," tutur Haji Ahmad Hasan Ali.

Umat Islam bermukim di daerah pedesaan Pulau Bali melaksanakan tradisi tersebut sejak zaman kerajaan, antara lain di Desa Pegayaman Kabupaten Buleleng, Budakeling Kabupaten Karangasem, Petang Kabupaten Badung, Kepaon, Serangan, Kota Denpasar dan Desa Loloan di Kabupaten Jembrana.

Umat Islam "ngejot" menjelang Hari Raya Idul Fitri dan umat Hindu biasanya membalas pemberian itu menjelang Hari Raya Nyepi atau Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Hal itu mencerminkan keakraban dalam kehidupan sehari-hari, yang secara tidak langsung memberikan dampak positif dalam memantapkan kerukunan hidup beragama yang telah dapat diwujudkan selama ini.

Haji Ahmad Hasan Ali menambahkan, dalam budaya umat Islam Bali telah "berbaur" dengan budaya setempat, terlihat dari lembaga adat yang tumbuh di masyarakat muslim Bali sama dengan lembaga adat masyarakat Hindu.

Umat muslim juga menerapkan sistem pengairan subak, pola pengaturan air seperti yang dilakukan petani yang beragama Hindu, meskipun cara mensyukuri saat panen berbeda, sesuai kepercayaan dan agama yang dianut.

Umat Islam yang mengolah lahan pertanian di Subak Yeh Sumbul, Medewi, Pekutatan, dan Subak Yeh Santang, Kabupaten Jembrana, daerah ujung barat Pulau Bali, menerapkan sistem pengairan secara teratur seperti umumnya dilakukan petani Pulau Dewata.

Adanya unsur kesamaan antara Islam dan Hindu, termasuk terpeliharanya tradisi "ngejot" dapat dijadikan tonggak lebih menciptakan kemesraan dan tali persaudaraan antara Hindu dan Islam, termasuk umat lain di Pulau Dewata, harap Haji Ahmad Hasan Ali. (*)

Sumber: www.antara.co.id (16 September 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts